Namaku
Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan
dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Papa
pengen liat mama bercinta sama cowok lain.”
Kalimat
itu langsung terlintas dipikiranku. Beberapa kali kalimat itu diucapkan suami
selesai kami bercinta. Itu adalah salah satu fantasi seksnya. Fantasi seks yang
muncul dari menonton sebuah film bertema swinger.
Aku ikut menontonnya saat itu. Tanggapanku selalu dingin setiap kali suami
mengutarakannya, lagi dan lagi. Hanya saja, kali ini sepertinya fantasi itu adalah
solusi untuk masalahku.
“Bagaimana Dit?”
Tersadarku
dari lamunan. Kurasakan lagi belaian dipahaku. Tangan itu milik salah satu
nasabah prioritasku. Sebut saja namanya Pak Pramono. Dia lebih senang kupanggil
Pram atau Om. Pak Pram semakin mendekatkan duduknya. Tubuh kami kini hampir
menempel. Kutepis secara sopan tangannya dari pahaku. Kupindahkan posisi
dudukku sedikit menjauh.
“Biar
saya pikirkan dulu ya Om.”
Dia
tersenyum. “Baiklah, pikirkan saja dulu. Om tunggu jawaban kamu.”
Usia Pak Pram
sudah lebih dari separuh baya. Hampir seumuran dengan ayahku. Itulah kenapa dia
biasa memanggilku dengan panggilan ‘Dita’, tanpa embel-embel ibu atau mbak.
Pak Pram
terkenal sebagai playboy. Salah satu incarannya
adalah aku. Iya, dia memang ingin meniduriku. Sudah beberapa kali dia
mengungkapkan maksudnya itu. Berbagai rayuan sudah digunakannya. Ajakannya itu terus
kutolak. Kutolak secara sopan, tentunya. Bagaimana pun dia adalah nasabah
bermodal besar. Hubungan baik harus tetap kujaga. Bahkan saat aku mengaku sudah
bersuami dan memiliki satu anak, tetap saja tidak menyurutkan niatnya.
Kini
upaya terakhir pun dipakai Pak Pram. Kontrak dengan bank tempatku bekerja
sengaja ia pending. Padahal kini
hanya tinggal tahap penandatanganan para pihak. Secara khusus dia meminta kepada
atasanku, agar aku yang mengurus kontrak ini. Dia bilang padaku, syarat tanda
tangan adalah tidur dengannya. Aku jadi serba salah dibuatnya.