Kamis, 31 Desember 2015

Bersama Keponakan


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Andre, kamu penyelamat tante!” seruku bahagia.
Data presentasi yang kemarin kubuat muncul lagi. Girangnya aku melihat layar laptopku. Data grafik, tabel dan lain-lain semuanya lengkap. Tadinya data itu hilang begitu saja. Entah apa yang kutekan. Kini semuanya sudah kembali. Aku lega luar biasa.
“Muaahh, muaahh.”
Langsung kudaratkan ciuman dipipi Andre. Pipi kanan dan kiri. Saking bahagianya aku saat itu. Dia jadi tersipu. Wajahnya memerah. Tidak terbayang bagaimana paniknya aku tadi. Beberapa jam lagi aku ada jadwal presentasi. Kini hatiku lega, benar-benar lega.
Sebelumnya sudah kuceritakan sedikit tentang Andre. Dia adalah keponakanku, masih berstatus mahasiswa. Umurnya lebih muda dari Rido, adikku. Kuliah jurusan teknik elektro. Pengetahuan elektronya lengkap sekali. Baik itu hardware dan software. Itulah kenapa aku menelponnya saat laptopku gangguan. Bersyukur dia bisa datang secepatnya. Padahal baru kemarin dia kerumah membantuku. Sampai malam dia membantuku mengedit slide presentasi.
“Kamu ada kuliah kan hari ini? Maaf banget ya tante ganggu.”
“Cuma satu mata kuliah aja kok tante.”
“Ya ampun, kamu jadi bolos dong tadi?”
“Nggak kok, tenang aja tante. Dosennya nggak dateng hari ini. Tadi Andre malah lagi nongkrong ama temen waktu tante nelpon.”
Dia tersenyum. Menenangkan rasa bersalahku.
“Syukur deh kalo gitu. Oya hari ini kamu ada acara lain lagi nggak?”
Dia terdiam sesaat, sebelum menjawab. “Kayaknya sih nggak. Emang kenapa tante?”
“Kalo kamu nggak ada acara, bisa ikut nemenin tante presentasi nggak? Soalnya tante masih takut kalo ntar mendadak laptopnya error lagi.”

Selasa, 15 Desember 2015

Taruhan Iseng


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Ma, liat deh yang papa temuin di gudang.”
Suamiku berseru. Kulihat dia berjalan mendekat. Dia duduk di sofa. Aku yang sedang menyapu, lalu bergabung disebelahnya.
“Ada apa sih Pa?”
“Ini album foto mama kuliah dulu.”
Kulihat apa yang dipegang suami. Aku ingat album itu. Isinya foto-foto lama. Keliatan kuno dan gambarnya sudah agak kabur. Dulu kan belum ada camera digital. Belum ada juga sosial media, instagram. Suami mulai membuka satu persatu halaman album.
“Mama dulu cantik ya. Imut-imut manis gitu deh.”
“Kok dulu sih? Emang sekarang nggak?”
Aku merengut. Suami malah nyengir kuda melihatnya. Kesal, langsung kutepuk pundaknya.
“Iya, iya, sekarang masih cantik kok. Tambah cantik malah.”
“Ih gombal,” sahutku tersipu.
“Kok gombal sih. Nih buktinya si bunga kampus dikelilingi kumbang-kumbang jantan.”
Suamiku menunjuk sebuah foto. Disana aku sedang berpose dengan beberapa pria. Sebenarnya mereka adalah tim basket kampusku. Hanya memang sih disana aku satu-satunya wanita. Foto itu tidak sengaja dibuat demikian. Memang terjadi karena keadaan. Malah aku tidak ingat kalau masih tersimpan.
“Hayo papa cemburu ya?” Giliran aku yang nyengir.
“Ngapain cemburu. Kan sekarang bunga kampusnya jadi penghias ranjang papa tiap hari.”
Tertawa geli kudengar perumpamaan itu. Suami lalu mengecup keningku. Bergelanjut manja aku dipelukannya.
“Ini disamping mama si Reza kan?”

Jumat, 23 Oktober 2015

Daun Muda


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Ponselku bergetar diatas ranjang. Kuhentikan membaca novel, dan mengambilnya. Sebuah pesan Line masuk, dari daun mudaku. Sebut saja namanya, Leo. Dia masih berstatus mahasiswa.
Seperti kuceritakan sebelumnya, aku dan dia sudah bercinta. Kejadiannya dua minggu yang lalu. Kuiijinkan dia menyetubuhiku dua kali hari itu. Jujur aku menikmatinya. Kelihatan sekali dia sudah mahir memakai kelaminnya. Dia minta lebih, dan kutahu dia mampu. Hanya saja untuk pertama, dua kali kurasa sudah lebih dari cukup. Sejak itu kami tetap menjalin komunikasi. Tanpa sepengetahuan suami, tentunya.
Bobo sendiri lagi?’ Begitu isi pesan darinya.
Aku tersenyum. Sudah tiga hari ini Leo rutin menyapaku. Kali ini larut malam, selesai suami menelpon. Dia tahu suamiku sedang dinas keluar kota. Tentu itu juga berarti dia tahu kalau aku tidur sendirian. Berkali-kali dia menggoda untuk mengulang kejadian dua minggu lalu. Jujur aku sedikit tergoda, tapi otakku masih cukup berlogika.
Iya. Mau nemenin?’ balasku sekaligus menggodanya.
Pengen sih, tapi ntar pasti ngeles lagi,’ balasnya.
Dibuatnya lagi aku tersenyum. Aku memang sering menggodanya. Menggoda dalam pengertian membuat bergairah, alias horni. Berhasil membuatnya tergoda, akan kualihkan pembicaraan. Dia pasti akan protes. Nanggung nggak dituntasin, begitu gerutunya. Akan kubalas lagi dengan candaan. Lama kelamaan dia hanya bisa pasrah. Kesal, tapi pasrah. Seperti juga malam ini.
Kuobati kekesalannya itu dengan mengijinkan menelponku.
“Kakak lagi ngapain?”
“Lagi tiduran. Kamu?”
“Sama. Lagi pake pakaian apa?”

Kamis, 20 Agustus 2015

Nasabah Prioritas


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Papa pengen liat mama bercinta sama cowok lain.”
Kalimat itu langsung terlintas dipikiranku. Beberapa kali kalimat itu diucapkan suami selesai kami bercinta. Itu adalah salah satu fantasi seksnya. Fantasi seks yang muncul dari menonton sebuah film bertema swinger. Aku ikut menontonnya saat itu. Tanggapanku selalu dingin setiap kali suami mengutarakannya, lagi dan lagi. Hanya saja, kali ini sepertinya fantasi itu adalah solusi untuk masalahku.
“Bagaimana Dit?”             
Tersadarku dari lamunan. Kurasakan lagi belaian dipahaku. Tangan itu milik salah satu nasabah prioritasku. Sebut saja namanya Pak Pramono. Dia lebih senang kupanggil Pram atau Om. Pak Pram semakin mendekatkan duduknya. Tubuh kami kini hampir menempel. Kutepis secara sopan tangannya dari pahaku. Kupindahkan posisi dudukku sedikit menjauh.
“Biar saya pikirkan dulu ya Om.”
Dia tersenyum. “Baiklah, pikirkan saja dulu. Om tunggu jawaban kamu.”
Usia Pak Pram sudah lebih dari separuh baya. Hampir seumuran dengan ayahku. Itulah kenapa dia biasa memanggilku dengan panggilan ‘Dita’, tanpa embel-embel ibu atau mbak.
Pak Pram terkenal sebagai playboy. Salah satu incarannya adalah aku. Iya, dia memang ingin meniduriku. Sudah beberapa kali dia mengungkapkan maksudnya itu. Berbagai rayuan sudah digunakannya. Ajakannya itu terus kutolak. Kutolak secara sopan, tentunya. Bagaimana pun dia adalah nasabah bermodal besar. Hubungan baik harus tetap kujaga. Bahkan saat aku mengaku sudah bersuami dan memiliki satu anak, tetap saja tidak menyurutkan niatnya.
Kini upaya terakhir pun dipakai Pak Pram. Kontrak dengan bank tempatku bekerja sengaja ia pending. Padahal kini hanya tinggal tahap penandatanganan para pihak. Secara khusus dia meminta kepada atasanku, agar aku yang mengurus kontrak ini. Dia bilang padaku, syarat tanda tangan adalah tidur dengannya. Aku jadi serba salah dibuatnya.

Minggu, 26 Juli 2015

Tidak Disengaja


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Suatu hari aku mendapat telpon. Telpon dari sepupuku diluar kota. Sepupuku mengabari kalau anaknya mengalami kecelakaan. Baru saja rumah sakit menelponnya. Kabar yang mengagetkan. Andre, nama keponakanku itu. Andre kuliah di kotaku. Dia sempat tinggal dirumahku sebelum mendapat kos. Suara sepupuku terdengar panik, sedikit terisak pula. Dia minta tolong mengecek anaknya di rumah sakit. Dia sendiri akan segera datang, begitu mendapat tiket pesawat.
Beruntung saat itu waktu makan siang. Aku pamit ke manager dengan alasan makan diluar. Bertemu klien kupakai sebagai alasan tambahan. Siapa tahu waktuku kurang nantinya. Sebelum pergi, kutelpon suamiku.
“Serius Ma?”
“Iya Pa, ini mau ke rumah sakit naik taxi. Nanti papa bisa jemput nggak? Mama musti balik ke kantor lagi soalnya.”
“Oke, tapi mama udah makan siang belum?”
“Belum Pa, nanti aja di rumah sakit.”
Selesai menelpon, aku berangkat. Langsung saja aku menuju ruang IRD. Menurut resepsionis keponakanku sudah dipindahkan. Dia sekarang ada di bangsal. Dikatakannya kalau lukanya tidaklah terlalu parah. Aku pun menuju bangsal yang disebutkan. Disana kulihat keponakanku. Ada seorang dokter bersamanya, dan seorang perawat. Kukatakan kalau aku adalah keluarganya. Dokter bilang kalau kondisi keponakanku baik. Hanya saja dia harus diopname, karena ada urat terkilir. Aku minta agar keponakanku dipindahkan ke kamar. Dokter setuju, tapi ada administrasi yang harus kuurus.

Jumat, 24 Juli 2015

Membantu Adik


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Sejak malam itu, seks menjadi bagian hidupku. Malam saat kulepas keperawananku. Aku masih ingat benar momen itu. Aku hanya terbaring pasrah diatas ranjang. Menunggu pacarku, Hendra, berusaha memasukiku. Status perjaka membuatnya sedikit sulit melakukan itu. Kami masih sama-sama lugu saat itu. Akhirnya datang yang ditunggu. Penisnya menembus selaput daraku. Aku mengerang, dia mengejang.
Seminggu setelahnya, masih kurasakan perih dibawah sana. Itu tidak membuatku kapok. Kami melakukannya lagi untuk kedua kalinya. Disusul yang ketiga, keempat dan seterusnya. Perlahan aku menikmatinya, begitupun dia. Pacarku semakin suka menelanjangiku, akupun suka telanjang untuknya. Pacarku semakin suka memasukiku, akupun suka dimasukinya. Seiring waktu, seks pun jadi sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang penuh kenikmatan.
Kami bercinta dimana saja. Dimana kesempatan ada, disana kami bercinta. Salah satunya di rumah kontrakanku. Disana kami bebas melakukannya. Sampai akhirnya adikku, Rido, tinggal bersamaku.
Papa dan mama harus tinggal sementara diluar negeri. Kantor cabang baru perusahaan papaku butuh kehadirannya. Aku dan Rido tetap tinggal di Indonesia. Faktor studi menghalangi kami untuk bisa ikut. Kala itu aku masih semester awal, sedang Rido menjelang ujian akhir SMU. Untuk bisa saling menjaga, Rido pun diminta tinggal bersamaku.
“Sayang jangan, Rido ada di rumah loh.”
Kutepis tangan pacarku. Dia membandel. Lagi-lagi disentuhnya payudaraku.

Rabu, 22 Juli 2015

Selingkuh Pertama


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Terus terang di masa remaja aku sedikit ‘bebas’. Layaknya remaja seumuranku, internet berperan besar dalam pergaulanku. Sebelum berpacaran, internet sudah meracuni pikiranku. Racun itu mempengaruhi birahiku. Meraba daerah-daerah sensitif menjadi rutinitasku. Sampai akhirnya aku memiliki pacar. Saat berpacaran meraba bukan lagi tugasku, itu tugas pacarku.
Sebulan setelah ospek SMU, beberapa orang kakak kelas menyatakan cintanya padaku. Kuterima cinta salah satunya. Dia seniorku, anak eskul basket. Bersamanya pertama kali aku melakukan kontak fisik. Kontak fisik sebatas petting saja tentunya. Ciuman dan rabaan, tanpa melepas pakaian. Masa pacaran kami hanya bertahan  setahun. Setelah itu, beberapa laki-laki bergantian menjadi pacarku. Diantaranya petting juga denganku. Diantaranya bahkan bertelanjang ria denganku. Rata-rata berlangsung relatif singkat, sampai aku memasuki akhir masa kuliah.
“Sakit?”
Masih kugigit bibir bawahku. Aku membuka mata.
“Sedikit.”
Aku berbohong. Dibawah sana sakit sekali. Dibawah sana ada sebatang penis dalam vaginaku. Itu pertama kalinya aku disetubuhi. Keperawananku akhirnya kulepas saat semester ketiga. Laki-laki beruntung itu adalah Hendra. Laki-laki yang kini menjadi suamiku. Dia delapan tahun lebih tua dariku. Hubungan kami tidaklah begitu mulus. Ada pasang surut dan putus nyambungnya. Sampai menjelang kelulusanku, akhirnya kami menikah.