Minggu, 26 Juli 2015

Tidak Disengaja


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Suatu hari aku mendapat telpon. Telpon dari sepupuku diluar kota. Sepupuku mengabari kalau anaknya mengalami kecelakaan. Baru saja rumah sakit menelponnya. Kabar yang mengagetkan. Andre, nama keponakanku itu. Andre kuliah di kotaku. Dia sempat tinggal dirumahku sebelum mendapat kos. Suara sepupuku terdengar panik, sedikit terisak pula. Dia minta tolong mengecek anaknya di rumah sakit. Dia sendiri akan segera datang, begitu mendapat tiket pesawat.
Beruntung saat itu waktu makan siang. Aku pamit ke manager dengan alasan makan diluar. Bertemu klien kupakai sebagai alasan tambahan. Siapa tahu waktuku kurang nantinya. Sebelum pergi, kutelpon suamiku.
“Serius Ma?”
“Iya Pa, ini mau ke rumah sakit naik taxi. Nanti papa bisa jemput nggak? Mama musti balik ke kantor lagi soalnya.”
“Oke, tapi mama udah makan siang belum?”
“Belum Pa, nanti aja di rumah sakit.”
Selesai menelpon, aku berangkat. Langsung saja aku menuju ruang IRD. Menurut resepsionis keponakanku sudah dipindahkan. Dia sekarang ada di bangsal. Dikatakannya kalau lukanya tidaklah terlalu parah. Aku pun menuju bangsal yang disebutkan. Disana kulihat keponakanku. Ada seorang dokter bersamanya, dan seorang perawat. Kukatakan kalau aku adalah keluarganya. Dokter bilang kalau kondisi keponakanku baik. Hanya saja dia harus diopname, karena ada urat terkilir. Aku minta agar keponakanku dipindahkan ke kamar. Dokter setuju, tapi ada administrasi yang harus kuurus.

Jumat, 24 Juli 2015

Membantu Adik


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Sejak malam itu, seks menjadi bagian hidupku. Malam saat kulepas keperawananku. Aku masih ingat benar momen itu. Aku hanya terbaring pasrah diatas ranjang. Menunggu pacarku, Hendra, berusaha memasukiku. Status perjaka membuatnya sedikit sulit melakukan itu. Kami masih sama-sama lugu saat itu. Akhirnya datang yang ditunggu. Penisnya menembus selaput daraku. Aku mengerang, dia mengejang.
Seminggu setelahnya, masih kurasakan perih dibawah sana. Itu tidak membuatku kapok. Kami melakukannya lagi untuk kedua kalinya. Disusul yang ketiga, keempat dan seterusnya. Perlahan aku menikmatinya, begitupun dia. Pacarku semakin suka menelanjangiku, akupun suka telanjang untuknya. Pacarku semakin suka memasukiku, akupun suka dimasukinya. Seiring waktu, seks pun jadi sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang penuh kenikmatan.
Kami bercinta dimana saja. Dimana kesempatan ada, disana kami bercinta. Salah satunya di rumah kontrakanku. Disana kami bebas melakukannya. Sampai akhirnya adikku, Rido, tinggal bersamaku.
Papa dan mama harus tinggal sementara diluar negeri. Kantor cabang baru perusahaan papaku butuh kehadirannya. Aku dan Rido tetap tinggal di Indonesia. Faktor studi menghalangi kami untuk bisa ikut. Kala itu aku masih semester awal, sedang Rido menjelang ujian akhir SMU. Untuk bisa saling menjaga, Rido pun diminta tinggal bersamaku.
“Sayang jangan, Rido ada di rumah loh.”
Kutepis tangan pacarku. Dia membandel. Lagi-lagi disentuhnya payudaraku.

Rabu, 22 Juli 2015

Selingkuh Pertama


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Terus terang di masa remaja aku sedikit ‘bebas’. Layaknya remaja seumuranku, internet berperan besar dalam pergaulanku. Sebelum berpacaran, internet sudah meracuni pikiranku. Racun itu mempengaruhi birahiku. Meraba daerah-daerah sensitif menjadi rutinitasku. Sampai akhirnya aku memiliki pacar. Saat berpacaran meraba bukan lagi tugasku, itu tugas pacarku.
Sebulan setelah ospek SMU, beberapa orang kakak kelas menyatakan cintanya padaku. Kuterima cinta salah satunya. Dia seniorku, anak eskul basket. Bersamanya pertama kali aku melakukan kontak fisik. Kontak fisik sebatas petting saja tentunya. Ciuman dan rabaan, tanpa melepas pakaian. Masa pacaran kami hanya bertahan  setahun. Setelah itu, beberapa laki-laki bergantian menjadi pacarku. Diantaranya petting juga denganku. Diantaranya bahkan bertelanjang ria denganku. Rata-rata berlangsung relatif singkat, sampai aku memasuki akhir masa kuliah.
“Sakit?”
Masih kugigit bibir bawahku. Aku membuka mata.
“Sedikit.”
Aku berbohong. Dibawah sana sakit sekali. Dibawah sana ada sebatang penis dalam vaginaku. Itu pertama kalinya aku disetubuhi. Keperawananku akhirnya kulepas saat semester ketiga. Laki-laki beruntung itu adalah Hendra. Laki-laki yang kini menjadi suamiku. Dia delapan tahun lebih tua dariku. Hubungan kami tidaklah begitu mulus. Ada pasang surut dan putus nyambungnya. Sampai menjelang kelulusanku, akhirnya kami menikah.