Sabtu, 24 Juni 2017

Sahabat Lama


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Lagi asyik ngetik di depan komputer, tiba-tiba terdengar suara ponsel. Itu bukan ponselku. Pasti ponsel punyanya Siska, teman kampusku. Siska sendiri masih tepar di ranjang. Kemarin dia baru pulang dugem jam tiga pagi. Bukannya pulang ke rumah, dia malah datang ke kosanku. Kata dia takut diusir ibu kosnya, kalau sampai kepergok lagi minum alkohol. Siska memang datang dalam keadaan tipsy. Melihat kondisinya, salut juga dia masih bisa menyetir mobil.
“Sis, Siska, bangun Sis, ada telpon...”
Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya. Berusaha membuatnya terbangun, namun gagal. Karena Siska tidak kunjung sadar, maka nekat saja aku angkat saja telpon itu. Daripada suaranya terus ribut, ganggu penghuni kos yang lain.
“Halo,” ucapku ragu.
“Halo? Siska?”
Terdengar suara laki-laki dari seberang telepon.
“Bukan, ini temannya. Siskanya lagi mandi.” Aku berbohong.
“Oh kalau begitu, tolong disampaikan ke Siska bimbingannya di pindah, saya lagi ada workshop, saya tidak sempat balik ke kampus,” jelas laki-laki itu, sambil menyebutkan nama sebuah hotel.
“Baik, tapi maaf dengan siapa saya bicara?”
“Saya Wiryono, dosen pembimbingnya Siska.”
Kaget aku mendengar nama itu. Dekanku jadi dosen pembimbing Siska? Habisnya aku tahu Pak Wir, demikian kami memanggilnya, jarang sekali mau membimbing mahasiswa. Hebat juga nih si Siska, pikirku. Begitu percakapan telpon selesai, kembali aku berusaha membangunkan Siska. Mana posisi tidurnya ngangkang habis lagi. Ujung dress yang dia pakai jadi tersingkap kemana-mana. Posisi yang nafsuin, begitu istilahnya cowok-cowok.

Kamis, 22 Juni 2017

Mengingat Kembali


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Sore itu aku tidak langsung pulang. Aku mampir ke sebuah hotel di pinggiran kota. Malah kini aku ada di salah satu kamar, di hotel tersebut. Terbaring di ranjang, dalam pelukan Leo. Siang tadi dia tiba-tiba menelpon. Sejak dia lulus dan pulang ke kotanya, kami sudah tidak pernah lagi bersua. Ditelpon dia mengajak ketemu. Sedang tidak ada acara, kuiyakan ajakan itu. Apalagi Leo sudah jauh-jauh datang.
Sesampainya di kamar, aku langsung disambut buket bunga dan paket coklat. Hari itu bukanlah hari Valentine. Sempat bingung, Leo mengingatkan kalau hari itu adalah hari pertama kali kami berkenalan. Cukup kaget aku mendengarnya. Tidak menyangka kalau Leo seromantis itu.
“Di hotel ini kita pertama kali bercinta Kak. Inget nggak?” Kata dia, sambil mengelus rambutku.
Ingatan lama terkuak kembali. Momen pertama kali kuserahkan diri pada Leo. Memang terjadi di hotel itu. Di kamar yang sama pula. Beberapa tahun yang lalu.
***
“Bercinta ama brondong? Nggak deh Put, makasi.”
Protes aku saat mendengar usul Putri. Waktu itu aku sedang menginap di rumahnya. Biasa aku lakukan minimal sebulan sekali. Atas seijin suami tentunya. Hal yang sama kadang dilakukan pula oleh suami bersama teman-temannya. Kami menyebutnya friendship time.