Jumat, 06 Oktober 2017

Teman Suami


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Masuk pintu Mall aku ambil ponsel. Kutekan sebuah nomor. Terdengar suara sapaan perempuan. “Lu dimana, Nes?” Tanyaku.
“Gue masih di kasir nih Dit. Lu duluan deh ke food court ya, ntar gue nyusul.”
Maka aku melangkah menuju lantai tiga. Aku lihat kedai makanan Jepang di pojokan. Di sanalah aku berjanji bersua dengan Agnes, istri dari teman suamiku. Teman suamiku itu bernama Fariz. Aku dan Agnes pertama berkenalan di sebuah klub golf. Saat klub tersebut mengadakan acara grand opening. Kebetulan kami sama-sama datang menemani suami.
Kalau suami dan Fariz adalah rekan bisnis. Fariz memiliki kantor konsultan pajak. Suami kerap mempercayakan audit keuangan perusahaan padanya. Beberapa kali mereka bekerja sama dalam proyek yang sama, terutama untuk tender-tender pemerintah. Tentu ini membuat aku dan Agnes kerap bertemu pula. Meski tidak begitu akrab.
Tujuan aku bertemu dengan Agnes, adalah untuk membahas ide suami kami. Minggu yang lalu, suamiku menyampaikan ide bertukar pasangan. Dia dengan Agnes, sementara aku dengan Fariz. Ini bukan kali pertama terjadi. Kalian bisa baca ceritaku yang berjudul ‘Nasabah Prioritas’. Aku katakan ke suami, tidak ada masalah dengan ide itu. Fariz sesuai dengan kriteria standar ‘teman tidur’-ku. Namun, bagaimana dengan Agnes? Sebagai sesama wanita, tentu aku harus mendengar pendapat dia langsung.
Ternyata Fariz sudah menyampaikan ide itu juga ke Agnes. Malah tadi siang dia mengirim pesan singkat duluan. Mengajak bertemu sepulang kantor. Maka disinilah kini aku berada.

Rabu, 04 Oktober 2017

Ladies Night


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Buka, buka, buka…!!!”
Semua orang di ruangan berteriak-teriak. Putri hanya cengar-cengir. Kami sedang bermain truth and dare, dan Putri tadi baru saja memilih dare. Salah satu teman pria minta dia membuka tiga kancing blusnya. Tantangan atas konsekuensi pilihannya. Teman-teman pria lain ikut sumringah. Pria mana yang tidak minat melihat dada montok Putri. Dada yang mungkin selama ini hanya terbayang dalam fantasi nakal mereka saja. Kini bisa mereka lihat dengan mata kepala sendiri. Sedang kami para wanita, hanya menggeleng kepala.
Satu kancing terlepas, suasana jadi semakin heboh. Untungnya kami sedang ada di sebuah room karaoke. Peredam suara bisa menutupi keriuhan yang terjadi. Awalnya acara kumpul-kumpul ini hanya sebagai ajang reuni. Teman-teman lama semasa diklat calon pegawai.
Melihat para teman pria bersemangat, Putri malah menggoda mereka. Sengaja dia menggoyang dadanya, sebelum melepas kancing kedua. Belahan dada Putri sudah terlihat. Kini tidak hanya teman pria yang heboh, beberapa teman wanita pun ikutan heboh.
“BUKA, BUKA, BUKA…”
Kali ini Putri melempar senyuman genit. Dia memain-mainkan kancing ketiga. Teriakan, “buka, buka, buka…” semakin kencang terdengar.

Minggu, 01 Oktober 2017

Salah Kirim


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“WOW..!!!”
Begitu isi pesan singkat suami. Ditambah emoji melotot dan ngiler. Baru saja aku kirimi dia foto. Foto diriku memakai lingerie baru yang aku beli sore tadi. Warnanya merah menyala, dengan paduan bra dan celana dalam mini senada. Penuh renda dan transparan. Menonjolkan seluruh lekukan tubuhku. Awalnya aku ingin menjadikan itu kejutan. Namun, tidak kuasa aku menahan diri untuk menggoda suamiku.
“Mama bikin papa pengen cepet² pulang.” Begitu lanjutan pesan singkat suami.
Aku tersenyum. Aku balas dengan mengirim foto lain. Kali ini aku turunkan kali mungil lingerie sebelah kanan. Belahan payudaraku jadi terekspos total. Suamiku semakin bereaksi. Kali ini dia mengaku kalau penisnya menegang hebat. Sexting (sexual texting) itu pun terus aku lanjutkan, dengan foto-foto yang makin panas.
“Aaahh...” Pelan-pelan birahiku ikut bangkit. Kewanitaanku mulai basah.
Suami akhirnya menelpon. Sexting berganti sesi jadi phone sex. Desahan suami terdengar begitu menggoda. Tidak heran, mengingat lima hari sudah aku tidur sendiri. Suami harus keluar kota untuk mengurus proyeknya.
Kusentuh seluruh tubuhku, seakan-akan tanganku adalah tangan suami. Satu persatu pakaian di tubuhku terlepas. Hingga akhirnya aku bergelinjang polos. Bergantian aku meremas payudara yang mulai mengeras. Sementara di bawah sana sudah semakin membanjir. Sudah sangat siap untuk disetubuhi. Terpaksa malam itu, hanya dijejali dengan dua jari tangan kanan. Kemudian aku pakai headset, agar tangan kiri bisa ikut difungsikan.