Minggu, 24 Juni 2018

Imbalan Bantuan


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Di ruang meeting ponselku bergetar dalam saku blazer. Di layar kulihat sebuah nomor yang tidak terdaftar. Mungkin klien? Pikirku. Aku minta ijin untuk keluar dari ruangan. Di luar aku angkat telepon tersebut.
“Maaf ini dengan Ibu Dita?” Terdengar suara seorang wanita, usai aku ucapkan salam.
Saat aku iyakan, wanita itu kembali melanjutkan. Ternyata dia adalah salah satu guru di sekolah anakku. Menginformasikan kalau si kecil sakit, badannya panas. Kemudian dia menanyakan apa aku bisa datang menjemput si kecil.
Mendengar itu aku jadi panik. Suamiku masih di luar kota. Pembantu tidak ada kendaraan buat dipakai menjemput. Sedangkan aku lagi ada meeting penting. Bagaimana ini? Aku kebingungan. Mendadak aku ingat dengan Leo. Semoga dia tidak ada jadwal kuliah pagi itu. Dan untungnya Leo sudah balik dari kampus. Hari itu cuma ada satu mata kuliah, kata dia. Aku minta tolong dia untuk menjemput si kecil. Kalau perlu diajak ke dokter atau rumah sakit.
“Siap Kak. Aku jemput adek deh.” Begitu ucap Leo.
Menghela nafas lega aku saat itu. Balik aku ke ruangan, sambil berharap meeting akan selesai lebih cepat. Sungguh pikiranku kacau saat itu.
Setengah jam kemudian ponsel kembali bergetar. Masuk pesan dari Leo. “Kak, adek udah selesai di periksa. Kata dokter musti opname, ada gejala DB.” Begitu isi pesannya.

Sabtu, 23 Juni 2018

Bermain Api


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Hari Sabtu itu si kecil nampak bersemangat. Mondar-mandir dia sedari pagi, menyiapkan segala sesuatu untuk liburan. Dia juga sudah membangunkan aku pagi-pagi sekali. Tersenyum-senyum aku melihat tingkahnya. Ayah mertua akan mengajak kami ke sebuah waterpark. Kebetulan dia dapat kupon gratis untuk lima orang. Sudah kami rencanakan seminggu yang lalu.
Sayangnya, suamiku mendadak harus bekerja. Salah satu klien menelpon kemarin malam. Minta untuk ditemani main golf. Mau tidak mau dia harus menyetujuinya. Maklum melibatkan proyek besar. Begitu pula dengan ibu mertua. Mendadak musti keluar kota, ikut dengan rombongan ibu-ibu arisan. Mengingat dia koordinator, maka suka tidak suka musti ikut. Tersisalah ayah mertua, aku dan si kecil. Awalnya ingin aku undur, tapi melihat si kecil begitu antusias, rencana akhirnya dilanjutkan.
“Baju ganti udah?”
“Udah.”
“Alat mandi udah?”
“Udaahh Ma...” Wajah anakku terlihat kesal, ditanya-tanya terus. Aku tersenyum.
Tadi anakku minta menyiapkan sendiri perlengkapan dia. Katanya, sudah besar malu kalau terus diurus sama mama. Bagus sih, tapi kan tetap aku khawatir ada yang ketinggalan. Akhirnya aku mengalah. Aku anggap saja semuanya sudah lengkap.
Saat kami berdua keluar kamar, suamiku sudah menunggu di meja makan. Kebetulan lapangan golf dekat dengan kediaman ayah mertua. Nanti suami akan ngantar sampai di sana, kemudian berangkat ke lokasi naik mobil mertua. Suami memperkirakan acara dia tidak bakal lama. Malah mungkin bisa nyusul ke waterpark belakangan. Kalau tidak, ya di jemput di rumah mertua lagi.