Selasa, 16 Oktober 2018

Affair Udara


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Manda, lu ditanyain tuh ama penumpang di kabin bisnis.”
Amanda yang sedang menyiapkan makanan di oven, sedikit kaget oleh kedatangan Karin.
“Siapa?”
“Biasa Pak Evan. Fans nomor satu lu.”
Senyum kecil tersungging di bibir Amanda. Ternyata dia memang gila. Buktinya sudah tiga kali dia ikut penerbangan, di mana Amanda ada di dalamnya. Ini adalah kali keempat, mereka ada di pesawat yang sama. Kali ini bahkan tidak main-main. Pak Evan bahkan ikut di rute penerbangan internasional. Berarti sudah membuktikan kesungguhan hatinya. Padahal, semula Amanda hanya berniat untuk mengujinya saja.
“Biar gue deh yang nganter selimutnya Pak Evan.”
Sip, asal ongkos tutup mulutnya jangan lupa.” Karin mengerling.
Lagi Amanda tersenyum. Tugas melayani penumpang kelas bisnis pun bertukar. Sejak pelatihan Amanda dan Karin sudah bersahabat dekat. Mereka juga kerap kompak dalam menyiasati senior. Keduanya juga kompak dalam melakukan flirting-flirting nakal, baik kepada petinggi maskapai maupun penumpang elit. Semata demi kelangsungan karier. Sudah menjadi rahasia umumlah di dunia penerbangan. Termasuk kepada Pak Evan, tentunya. Ternyata bapak paruh baya yang satu itu lebih merespon Amanda. Karin pun resmi kalah bersaing.
Melangkah Amanda memasuki kabin kelas bisnis. Di dalam cuma ada lima penumpang. Maklum penerbangan terakhir. Empat orang sudah terlelap. Hanya tinggal Pak Evan yang terlihat masih membaca buku.

Kamis, 04 Oktober 2018

Butik Teman


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Hari minggu siang. Setelah mengantar si kecil eskul, aku lanjut ke sebuah supermarket. Belanja keperluan bulanan. Pulangnya, aku sempetin untuk mampir ke butik salah satu teman. Namanya Ratna. Mantan teman SMU, yang kini bisnis di bidang fashion. Dia menyapa aku duluan lewat sosial media. Lama chat-chatan, akhirnya ada waktu juga untuk mampir. Habisnya butik dia ada di pinggiran kota. Bukan rute yang biasa aku lalui sehari-hari. Hitung-hitung berbagi pengalaman bisnis, pikirku.
Aku memang ada niat untuk memulai bisnis. Bekerja di bank mulai terasa melelahkan. Jam kerja yang kadang bisa tidak menentu. Belum lagi target-target yang harus dicapai. Si kecil juga mulai merengek minta ‘dibikinin’ adik. Kalau nanti aku hamil, aku ingin ada di situasi kerja yang lebih tenang. Suami pun mendukung rencanaku itu.
‘Hei Dit, nyasar nggak nyari alamatnya?” Ratna menyambut. Kami lalu bercupika-cupiki. Aku jawab dengan gelengan kepala.
Ratna masih saja seperti dulu. Tak banyak yang berubah dari penampilan dia. Mungil dan sangat cantik. Gaya-gaya berpakaiannya juga masih simpel, namun tetap terkesan stylish. Dari dulu dia memang sangat suka dunia fashion. Aku sangat suka gaya dia dalam melakukan mix and match pakaian. Kadang pakaian biasa pun jadi terlihat glamour olehnya.