Selasa, 01 Maret 2016

Diari Pramugari


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Serius lu?”
Kakak sepupuku tertawa kecil. Sepertinya dia geli melihat ekspresiku. Kami sedang membahas kehidupan pramugari. Kebetulan itu adalah profesinya. Lebih dari sepuluh tahun digelutinya. Dia resign saat mengandung anak kedua. Aku cukup dekat dengannya, walaupun jarang berjumpa. Maklumlah, profesinya tidak memungkinkan dia menetap lama. Usianya empat tahun lebih tua dariku. Namanya Amanda.
Tidak sengaja kubaca satu artikel. Isinya tentang pergaulan bebas pramugari. Amanda mengakui kalau itu benar adanya. Tidak semua pramugari, tentunya. Yang sangat mengagetkan, Amanda mengaku pernah juga melakukannya. Menjalani affair dengan sesama rekan penerbangan. Begitu pula dengan penumpang pilihan.
Amanda mengangguk dan tersenyum. “Serius dong.”
“Itu udah nikah atau belum sih?” tanyaku makin penasaran.
“Belum nikah dong. Gini-gini gue kan tipe cewek yang setia ama suami loh.”
Kali ini dia terkekeh. Aku tersipu.
Aku tahu Amanda sedang menyindirku. Dia tahu aku pun melakukan affair. Kuceritakan tentang Leo padanya. Itu kulakukan untuk memancing balik ceritanya. Dan sepertinya berhasil. Akhirnya dia pun terbuka padaku. Terungkap kalau ada affair yang masih dijalaninya. Sebuah affair yang diawali dari hubungan one night stand. Dan inilah ceritanya..
***
Dahi Amanda berkerut, melihat nomor yang muncul di layar ponselnya.
“Halo, jawabnya sedikit ragu.
You left me naked on bed, bebs..
Mendengar suara itu senyum Amanda terkembang. Suara seorang laki-laki blesteran, Indonesia Belanda. Terbayanglah peristiwa sehari sebelumnya. Mereka bertemu dalam pesawat. Awalnya Amanda menganggap dia penumpang usil. Hanya karena tampan saja Amanda mau menanggapi. Tidak disangka mereka kemudian bertemu lagi. Beberapa jam setelahnya. Kali ini di sebuah klub malam. Obrolan lalu berlanjut. Semakin lama, semakin intim. Mereka pun memutuskan tidur bersama. Mereka bercinta. Dari senyuman Amanda, terlihat kalau dia menikmatinya.
Sorry I have a plane to catch.
“Sepagi ini?”
“Gitu deh,” sahut Amanda singkat. “Hei, dari mana kamu tahu nomorku?”
Dari HP-mu. Nggak usah tanya bagaimana caranya, aku nggak bakal mau bilang.
“Hhmm. You really naughty boy.
Amanda tertawa. Terdengar pula tawa diujung telpon. Percakapan pun berlanjut sambil Amanda menyeret koper. Sementara dari sebelah terdengar suara batuk. Batuk yang dibuat-buat, tentunya. Semata untuk menggoda Amanda. Pelakunya adalah Karin, rekan sesama pramugari. Amanda tersenyum melihat keusilan kawannya itu. Mereka berdua sedang berjalan dalam selasar, menuju pesawat. Begitu mendekati pintu pesawat, Amanda menghentikan langkahnya. Dicobanya untuk mengakhiri percakapan tersebut. Hanya saja, laki-laki itu sepertinya enggan menurutinya.
Wait bebs. May I know what are you wearing under your uniform?
Lagi-lagi Amanda tertawa. Kenalan barunya itu memang usil. Itulah yang membuatnya menarik. Diliriknya Karin sebelum menyahut. Dia masih saja menggoda. Malah kini berusaha menguping.
Half-cup bra and sexy thong. Same model and colour like last night.
Oh that’s so hot. Wish I can take it off once again.”
Karin terkekeh. Agaknya dia mendengar kalimat terakhir itu. Amanda langsung memberi isyarat tangan. Agar Karin bisa menahan sedikit suaranya.
“Serius loh, aku harus nutup telpon. Aku udah telat kerja.”
“Oke, pertanyaan terakhir. Boleh aku tahu namamu?”
“Amanda.”
“Salam kenal Amanda. Aku Ryan.”
Percakapan berakhir. Amanda melihat Karin menatap wajahnya. Ekspresinya penuh kecurigaan.
“Kenapa lu?” tanya Amanda.
“Elu tidur ama dia kemarin, tapi kenalannya baru sekarang? Temen gue mulai nakal ya.”
Cengiran Karin dibalas Amanda dengan mengangkat bahu. “Siapa dulu dong ‘dosen’-nya.”
Kedua lalu tertawa lebar.
“Lu musti cerita lengkap ke gue soal tu cowok. Musti..”
“Sip. Tapi elu sendiri tidur dimana kemarin? Nggak balik ke hotel kan semalem?”
“Tau aja deh lu. Semalem gue dijemput sama si Om.” Karin mengerlingkan mata.
Really? Terus dikasi apa lagi lu kali ini?”
“Dikasi ini..”
Karin mengeluarkan sebuah benda dari sakunya. Benda itu ternyata sebuah ponsel pintar. Sebuah Iphone seri terbaru, tepatnya.
Mulut Amanda menganga melihatnya. “Oh God, my best friend is a real bitch!
Keduanya tertawa lebar kembali. Mereka tahu akan ada banyak cerita untuk dibagi. Namun, hari ini baru saja akan dimulai. Schedule padat telah menanti. Beberapa landing masih harus dijalani. Keduanya pun sadar untuk menahan diri. Sampai mereka tiba di bandara terakhir nanti.
***
Beberapa hari setelahnya, rutinitas kerja berjalan seperti biasa. Amanda membuka pintu kokpit. Dia terlihat memegang sebuah baki. Ada botol air mineral, dan sepiring nasi lemak diatasnya.
“Selamat malam Kapten, sapa Amanda.
Dari belakang kemudi sang Kapten menoleh. “Malam juga Manda.”
Saya bawakan pesanan makan malamnya, Kep.”
Oh iya, tunggu sebentar.
Sang kapten memberi isyarat supaya Co-Pilot mengambil alih kemudi. Laki-laki paruh baya itu lalu beranjak dari tempat duduk. Namanya Baskoro. Sesama crew biasa memanggilnya Kapten Bas. Dia berjalan mendekat. Diambil baki dari Amanda, dan ditaruhnya ke samping. Diliriknya sang Co-Pilot, sebelum berbisik.
Sebentar lagi kita landing, soal semalem sudah kamu omongin sama Melisa? Dia bilang apa?
Pramugari cantik itu tersenyum. “Sudah Kep. Dia bilang nggak masalah sih, dia mau.
“Beneran dia mau?” Senyum lebar terkembang di wajah sang Kapten. Dijawab lagi oleh Amanda dengan anggukan. “Wah, kamu memang benar-benar bisa diandalkan.”
Dipeluknya gadis cantik itu. Kemudian sebuah ciuman mendarat dipipinya.
“Kep, nanti Pak Eko ngeliat lo,” bisik Amanda, saat sang kapten mengincar bibirnya.
Nggak apa-apa, dia sudah tahu kok semuanya..
Bibir keduanya pun bertemu. Ciuman yang berlanjut dengan remasan di pantat. Bagi wanita lain, perbuatan itu mungkin termasuk pelecehan. Tidak demikian bagi Amanda. Perbuatan itu sudah biasa dia terima. Bahkan lebih dari itu pun sudah biasa. Terutama saat Amanda masih berstatus pramugari junior. Beberapa kamar hotel jadi saksi saat kelamin mereka beradu. Schedule sengaja diatur agar bisa bertemu. Tidak ada penolakan, malah justru Amanda menikmatinya. Affair ini membantu kariernya. Schedule luar negeri mudah didapat. Transferan extra tiap bulan pun terus merapat. Semua itu mudah diterima. Cukup dengan mengangkang saat diminta.
Kini tugas Amanda sedikit berbeda. Dia tidak perlu lagi rutin membuka paha. Sang kapten kini memintanya menjadi perantara. Perantara pramugari junior baru dengan dirinya. Bila ada target yang disukai Kapten Bas, maka Amanda yang ‘bernegosiasi’. Amanda bersedia, dengan syarat tidak ada paksaan. Dulu Amanda pun dikenalkan dengan Kapten Bas oleh seniornya. Kebetulan Melisa adalah targetnya kali ini. Kebetulan pula Melisa menanggapi dengan santai. Maka berarti tugas Amanda akan digantikan Melisa. Menghangatkan ranjang sang Kapten.
“Mmpphh.. mmpphh.. mmpphh..” Kapten Bas terus melumat.
Ditengah ciuman Amanda sedikit membuka mata. Diliriknya Pak Eko, sang Co-Pilot. Rupanya dia memperhatikan mereka berdua. Amanda pun merasa kurang nyaman. Hal itu karena Amanda merasa belum mengenalnya. Namun kalau Kapten Bas bilang sudah bercerita, maka berarti dia bisa dipercaya. Affair sesama crew memang rahasia bersama. Hanya saja, tentu tetap tidak boleh dilakukan serampangan.
Sibuk memperhatikan Pak Eko, Amanda pun baru sadar. Sedari tadi rupanya Kapten Bas meraba kewanitaannya. Belahan rok yang tinggi memudahkan hal itu. Amanda merasakan sentuhan pada celana dalamnya. Cukup lama tangan itu ada disana. Disaat yang sama, tangan lainnya meremas payudara padat Amanda.
“Mau ngapain Kep?” tanya Amanda, saat kedua tangan Kapten Bas merogoh rok seragamnya.
Ssttt..” hanya itu tanggapan sang kapten.
Berikutnya, Amanda merasa celana dalamnya mulai perlahan bergeser. Tahulah dia tujuan sang Kapten. Mengincar penutup kewanitaannya. Kain mungil itu terus bergerak. Dari posisi semula, menuju paha, dan terus turun melewati betis. Amanda membiarkan saja. Tidak ada niatnya untuk mencegah.
“Hei Eko, tangkap nih!”
Kapten Bas melempar celana dalam Amanda. Begitu Pak Eko menoleh, dia kaget. Kain mungil itu mendarat tepat dipangkuannya. Pipi Amanda merona. Terasa memalukan saat benda pribadi dipakai bahan mainan. Pak Eko terlihat menyeringai kecil. Entah apa yang kemudian terjadi pada penutup kewanitaannya itu. Amanda tidak tahu. Perhatiannya teralihkan. Ciuman mendarat lagi dibibirnya.
“Kamu nggak keberatan kan nemenin Pak Eko malem ini?” ujar kapten Bas, usai bibir mereka berpisah.
Amanda merajuk. “Uh, dapet yang baru yang lama diserahin ke orang.”
Kapten Bas terkekeh. “Tenang aja sayang, kamu tetep kok yang paling spesial. Transferan buat belanja-belanjanya udah diterima kan?”
Tersenyumlah Amanda, dan mengangguk. Laki-laki paruh baya itu pun ikut tersenyum.
“Ko, bawahnya doang cukup? Mau yang atasnya sekalian nggak?”
Mendengar pertanyaan Kapten Bas, Pak Eko kembali menoleh. Dia mengacungkan jempol dan menyahut, “Boleh deh..”
Pipi Amanda lagi-lagi merona. Dia bisa menerka apa yang akan terjadi. Sang kapten membuka resleting seragam atas Amanda. Menyusul lalu kaitan bra-nya. Kapten Bas tahu benar kebiasaan pramugari favoritnya itu. Dia kerap memakai bra tanpa tali bahu. Maka dari itu, melepasnya tidak akan sulit. Apalagi ketika si pemakai juga ikut membantu.
“Tangkep lagi nih Ko, mumpung masih anget.” Kapten Bas terkekeh.
Beberapa menit kemudian Amanda keluar dari kokpit. Itupun setelah dia menerima tusukan dua jari. Kapten Bas lalu memintanya mengulum jari-jari itu. Yang berarti dia harus menikmati cairan vaginanya sendiri. Di pantry, Amanda mematut dirinya di cermin. Dipastikan tampilannya kembali rapi. Dipastikan pula tidak terlihat hal mencurigakan. Mengingat dia tidak lagi memakai daleman. Setelahnya Amanda kembali bertugas. Melayani penumpang dengan senyuman.
***
“Aaahh.. Aaahh.. Aaahh..”
“Aaahh.. Aaahh.. Aaahh..”
Desahan mulai terdengar. Ranjang mulai tergunjang. Amanda berusaha tetap berkonsentrasi pada tayangan televisi, meski sulit. Diatas ranjang Kapten Bas sedang menyetubuhi Melisa. Tubuh tambunnya menindih dalam posisi missionaris. Rintihan Melisa terdengar lirih. Seperti sedang menahan perih. Amanda tahu benar perasaan itu. Pernah pula dia merasakannya. Ukuran penis Kapten Bas memang diatas rata-rata. Kini vagina Melisa pastilah belum terbiasa.
Desahan keduanya perlahan memicu birahi Amanda. Duduknya mulai terlihat gelisah. Beruntung bel pintu segera berbunyi. Amanda langsung beranjak dari sofa.
“Hei, Manda.” Laki-laki didepan pintu tersenyum.
Balas Amanda melempar tersenyum. “Hei, Pak Eko. Kita langsung berangkat aja ya.”
“Loh, Kapten Bas emang udah dateng?”
“Udah. Tuh dia..”
Amanda membuka pintu kamar agak lebar. Dengan demikian Pak Eko bisa melihat ke dalam. Melihat adegan ranjang yang kian panas. Pak Eko terlihat kaget, tapi kemudian kembali tenang. Dia pun bisa mengerti maksud Amanda tadi. Gadis itu lalu keluar kamar, dan menutup pintu.
“Oya, aku mau ngembaliin ini ke kamu.”
Pak Eko mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Disodorkannya pada Amanda. Gadis itu tersenyum kecil melihatnya. Benda itu adalah bra dan celana dalam miliknya.
“Ih Pak Eko, nggak usah dikembaliin kali. Terserah Pak Eko deh mau diapain. Disimpen boleh, dibuang juga boleh. Saya masih punya banyak stok kok.”
Keduanya tertawa bersamaan. Pak Eko mengucapkan terima kasih, dan memasukkannya lagi ke saku. Mereka berdua lalu berjalan menuju lift.
“Manda, nggak usah manggil aku Pak kalo diluar dinas, panggil aja Mas. Umur kita juga nggak beda jauh kan,” ucap Pak Eko saat menunggu pintu lift terbuka.
Amanda tersenyum lagi. “Iya deh Mas.”
Jalan-jalan malam itu pun dimulai. Hari memang sudah larut, tapi tidak untuk ibukota. Suasana masih ramai. Semakin malam, semakin ramai. Diawali dengan makan malam. Pak Eko mengajak Amanda ke restoran fine dinning. Disana keduanya mulai saling mengenal. Ternyata sang co-pilot orangnya cukup asyik. Demikian penilaian Amanda. Selesai makan, sebuah mall jadi tujuan berikutnya. Disana mereka hanya melihat-lihat. Mengisi waktu sebelum datang ke klub malam.
Hampir tengah malam, saat mereka tiba di klub malam. Live music yang hendak mereka tonton baru saja mulai. Keduanya lalu larut dalam alunan musik. Apalagi ketika sang DJ mulai beraksi. Dentuman musik semakin keras. Amanda dan Pak Eko terlihat kian bersemangat. Tubuh mereka terus bergerak dengan lincah.
Puas berkeringat, keduanya kembali ke meja. Mereka butuh minuman guna mengusir dahaga. Minuman beralkohol sedang menjadi pilihan. Tanpa terasa beberapa gelas telah ditengguk habis. Pengaruh alkohol mulai terasa ditubuh. Mereka pun berciuman dalam temaram. Tangan Pak Eko tidak luput mengambil kesempatan. Diremasnya payudara yang telah lama dia incar.
“Balik ke hotel yuk, mas.” Nafas Amanda terdengar menderu.
Pak Eko jelas tidak mungkin menolak. Apalagi baru saja Amanda bergelinjang dipelukannya. Baru saja pula disentuhnya daerah sekitar paha. Dan disana terasa basah. Keluarlah kartu kredit Pak Eko. Mereka lalu beranjak keluar klub. Baru beberapa langkah, terdengar suara memanggil nama Amanda. Gadis cantik itu menoleh.
“Hai, ternyata benar kamu Amanda. Kamu masih ingat aku?”
Seorang laki-laki berdiri didepan mereka. Dia tersenyum lebar. Amanda coba mengingat-ingat sosok itu. Entah dimana, dia memang merasa mengenalnya. Dan dia pun berhasil mengingat.
“R-Ryan?” sahutnya sedikit ragu.
“Iya ini aku. Bagus deh kamu masih ingat.” Senyumnya semakin lebar.
Keduanya berbincang. Dikenalkannya pula Pak Eko ke Ryan. Sebenarnya Amanda senang bisa bertemu lagi dengan laki-laki itu. Hanya saja, kini dia sudah bersama Pak Eko. Dia pun menolak traktiran minum dari Ryan. Keduanya lalu membuat janji bertemu besok. Dan mereka berpisah.
Dibelakang taxi, Amanda berbicara pada Pak Eko. Dia meminta maaf karena kepulangan yang tertunda. Dia tahu gairah yang tadi ada, kini telah mereda. Pak Eko tersenyum. Laki-laki itu lalu berbisik di telinga Amanda. Dimaafkan asal dia dibolehkan meraba paha, begitu katanya. Giliran Amanda tersenyum, lalu mengangguk. Masuklah tangan Pak Eko ke dalam dress. Tangan itu lalu mulai beraksi disana. Tangan Amanda pun melakukan yang sama. Meraba gundukan yang ada dibalik celana.
“Ssshh..” Amanda melenguh pelan.
Gairah yang tadi hilang, kini kembali datang. Celana dalam Amanda kembali basah. Lebih basah dari sebelumnya. Celana Pak Eko pun kembali menggunung. Keduanya berciuman lagi. Tidak peduli kalau sedang ada dalam taxi. Di jok belakang mereka terus beradu bibir. Sampai terdengar suara dehem-an dari depan. Rupanya mereka sudah sampai. Keduanya tertawa lebar. Demikian pula sopir taxi. Dia menunjuk kearah dress Amanda yang tersingkap, lalu mengerling. Bukannya malu, Amanda malah mengangkat ujung dressnya. Kini justru si sopir taxi yang tersipu.
Didalam lift, Amanda dan Pak Eko masih tertawa. Disana hanya ada mereka berdua. Keduanya berciuman lagi. Mereka juga beradu lidah, dan saling meraba. Pakaian sudah berantakan saat mereka masuk ke kamar. Keduanya buru-buru saling menelanjangi. Birahi mereka sudah benar-benar tinggi.
“Aaahh.. Aaahh.. Aaahh..”
“Oohhh.. Oohhh.. Oohhh..”
Kondom terpasang, ranjang mulai terguncang. Pak Eko begitu bernafsu menyetubuhi Amanda. Pramugari cantik itu memang idamannya sejak lama. Amanda kerap mewarnai mimpi-mimpi basahnya. Bahkan dari pertama kali bergabung dengan maskapai. Impiannya kini telah tercapai. Tubuh itu ternyata jauh lebih indah dari bayangannya. Demikian pula vagina sang gadis. Jepitan ternikmat yang pernah dirasakannya. Kesempatan pun tidak disia-siakan. Digenjotnya Amanda dalam berbagai posisi. Berusaha dia untuk tidak cepat berejakulasi.
Saat Amanda mengejang, Pak Eko menahan diri. Sang gadis mencapai orgasme-nya. Dibiarkan Amanda menenangkan diri dibawah tindihan. Tanpa menarik penis, tentunya. Sambil menunggu Pak Eko meremas payudara Amanda. Terasa padat dan kencang. Dihiasi pula areola dan puting mungil. Beberapa detik, barulah dia lanjut menggoyang. Pelan kemudian semakin mengencang.
“Aaahh.. Aaahh.. AAKHHH..!!”
Pak Eko akhirnya berejakulasi. Kepuasan dicapainya. Setelah bisa menguasai diri, dipeluknya kembali Amanda. Dielusnya rambut panjang sang gadis. Dia tersenyum. Amanda membalasnya. Pak Eko seakan masih tak percaya kalau semua ini nyata. Dipagutnya lagi bibir tipis Amanda.
Sedang berciuman, terdengar suara ponsel. Ponsel Amanda dan Pak Eko berbunyi bersamaan. Keduanya tertawa. Keduanya lalu menggapai ponsel masing-masing. Melihat nomor yang tertera dilayar, mereka saling pandang. Keduanya kompak turun dari ranjang, dan berjalan menjauh.
“Tadi itu dari istriku,” ungkap Pak Eko jujur.
Amanda tersenyum. Dia mengerti perasaan Pak Eko. Tergambar jelas diwajahnya. Ditelpon istri sehabis bercinta dengan wanita lain, pastilah terasa canggung. Apalagi kini mereka masih sama-sama telanjang. Berbeda tentu bagi Amanda yang masih berstatus single.
“Yang nelpon saya Ryan. Mas inget cowok yang tadi ketemu kita di klub?” Amanda coba untuk mencairkan suasana. Pak Eko mengangguk. Dia lalu melanjutkan kata-katanya, “Dia sekarang sedang ada di lobi mas..”
“Oh, kamu mau ketemu sama dia?”
Amanda tidak mengiyakan pertanyaan itu. Dia sepertinya bingung harus menjawab apa. Pak Eko berkata bisa mengerti kalau dia harus pergi. Namun, tentu itu tidaklah etis dilakukan. Ditengah kebingungan, muncullah sebuah ide gila. Amanda sedikit ragu mengungkapnya. Hanya saja tetap kemudian dia utarakan.
“Bagaimana kalau Ryan saya suruh keatas. Kita bisa ngobrol bertiga disini. Mungkin juga kalau mas mau kita bisa coba threesome.” Amanda tersenyum. Coba dia membuatnya terdengar seperti candaan semata.
Pak Eko mengerutkan keningnya. Seperti sedang mencerna apa yang baru didengarnya. Mungkin bisa pula, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sesaat kemudian, Pak Eko mengiyakan ide gila itu. Amanda kaget dibuatnya. Siapa sangka Pak Eko ternyata terbuka soal seks. Menurut pengakuan Pak Eko, dia belum pernah melakukan threesome. Apa salahnya mencoba kalau ada kesempatan, begitu menurutnya.
Tak lama bel pintu bersuara. Pintu pun dibuka. Disana berdiri Ryan membelalakkan mata. Wajar saja, karena Amanda menyambutnya tanpa busana. Sementara diranjang terbaring seorang pria.
You start the party without me, bebs?” Ryan nyengir.
Amanda tersenyum. “Shut up, and take off your clothes.
Dan kemudian pintu kamar pun tertutup kembali.
***
“Elu bener-bener gila. Salut gue.”
Amanda nyengir, dan mengangkat bahunya.
“Kita nggak muda selamanya kan? Kenapa nggak nyobain semuanya,” sahutnya.
Aku yang mendengarnya jadi kian bersemangat. “Terus kalian bertiga ngapain aja tuh?”
“Biasalah. Missionaries, doggie, woman on top, oral, anal, and other things..”
“Elu juga ngelakuin anal?”
“Iya, kenapa? Oh, jangan bilang elu nggak pernah anal seks.”
Terpaksa harus kugelengkan kepala.
“Cobain deh. Trust me, it worth to try.”
“Terus, terus, terus..”
Kuminta kakak sepupuku itu meneruskan ceritanya. Penasaran aku dibuatnya. Begitu dia hendak berbicara, terdengar sapaan dari belakang. Kami pun menoleh bersamaan.
“Hei, Ryan. Akhirnya kamu datang juga.”
Sorry telat, maklum traffic ibukota.”
Amanda pun mengenalkan laki-laki itu padaku. Kulihat sosoknya melebihi ekspektasi. Jauh lebih tampan dan gagah. Raut blesteran terlihat sekali pada penampilannya. Kami ngobrol sebentar, sebelum aku kemudian pergi. Tidak mau kuganggu pertemuan keduanya. Mengingat pernah ada ‘cerita’ diantara mereka. Kulangkahkan kaki menuju counter pakaian. Disana coba kuhabiskan sisa waktu. Sampai sebuah pesan singkat masuk ke ponselku.
Dit, gpp kan lu pulang sendiri. Gue ada urusan dikit ama Ryan.
Tersenyum aku membacanya. Kubalas singkat dengan ‘gpp’. Kecurigaanku saat Amanda datang liburan tanpa suami, terjawablah sudah. Tidak perlu kutanya lagi ‘urusan’ apa yang dimaksud sepupuku itu. Kami cukup dewasa untuk sama-sama tahu. Demikian pula kalian, tentunya.
Apakah kalian membayangkan apa yang aku bayangkan?
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar