Namaku
Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan
dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Serius
lu?”
Kakak
sepupuku tertawa kecil. Sepertinya dia geli melihat ekspresiku. Kami sedang
membahas kehidupan pramugari. Kebetulan itu adalah profesinya. Lebih dari
sepuluh tahun digelutinya. Dia resign
saat mengandung anak kedua. Aku cukup dekat dengannya, walaupun jarang berjumpa.
Maklumlah, profesinya tidak memungkinkan dia menetap lama. Usianya empat tahun
lebih tua dariku. Namanya Amanda.
Tidak sengaja
kubaca satu artikel. Isinya tentang pergaulan bebas pramugari. Amanda mengakui
kalau itu benar adanya. Tidak semua pramugari, tentunya. Yang sangat mengagetkan,
Amanda mengaku pernah juga melakukannya. Menjalani affair dengan sesama rekan penerbangan. Begitu pula dengan penumpang
pilihan.
Amanda
mengangguk dan tersenyum. “Serius dong.”
“Itu udah
nikah atau belum sih?” tanyaku makin penasaran.
“Belum
nikah dong. Gini-gini gue kan tipe cewek yang setia ama suami loh.”
Kali ini dia
terkekeh. Aku tersipu.
Aku tahu Amanda
sedang menyindirku. Dia tahu aku pun melakukan affair. Kuceritakan tentang Leo padanya. Itu kulakukan untuk
memancing balik ceritanya. Dan sepertinya berhasil. Akhirnya dia pun terbuka padaku.
Terungkap kalau ada affair yang masih
dijalaninya. Sebuah affair yang diawali
dari hubungan one night stand. Dan inilah
ceritanya..
***
Dahi Amanda berkerut, melihat
nomor yang muncul di layar ponselnya.
“Halo,” jawabnya sedikit ragu.
Mendengar suara
itu senyum Amanda terkembang. Suara seorang laki-laki
blesteran, Indonesia Belanda. Terbayanglah peristiwa
sehari sebelumnya. Mereka bertemu dalam pesawat. Awalnya Amanda menganggap
dia penumpang usil. Hanya karena tampan saja Amanda mau menanggapi. Tidak
disangka mereka kemudian bertemu lagi. Beberapa jam setelahnya. Kali ini di
sebuah klub malam. Obrolan lalu berlanjut. Semakin lama, semakin intim. Mereka
pun memutuskan tidur bersama. Mereka bercinta. Dari senyuman Amanda, terlihat
kalau dia menikmatinya.
“Sorry I have a plane to catch.”
“Sepagi ini?”
“Gitu deh,”
sahut Amanda singkat. “Hei, dari mana kamu tahu nomorku?”
“Dari HP-mu. Nggak usah tanya bagaimana caranya, aku nggak bakal mau bilang.”
“Hhmm. You really naughty boy.”
Amanda
tertawa. Terdengar pula tawa diujung telpon. Percakapan pun berlanjut sambil
Amanda menyeret koper. Sementara dari sebelah terdengar suara batuk. Batuk yang
dibuat-buat, tentunya. Semata untuk menggoda Amanda. Pelakunya adalah Karin,
rekan sesama pramugari. Amanda tersenyum melihat keusilan kawannya itu. Mereka
berdua sedang berjalan dalam selasar, menuju pesawat. Begitu mendekati pintu
pesawat, Amanda menghentikan langkahnya. Dicobanya untuk mengakhiri percakapan
tersebut. Hanya saja, laki-laki itu sepertinya enggan menurutinya.
“Wait bebs. May I know what
are you wearing under your uniform?”
Lagi-lagi
Amanda tertawa. Kenalan barunya itu memang usil. Itulah yang membuatnya menarik.
Diliriknya Karin sebelum menyahut. Dia masih saja menggoda. Malah kini berusaha
menguping.
“Half-cup bra and sexy thong.
Same model and colour like last night.”
“Oh that’s so hot. Wish I can take it off once again.”
Karin
terkekeh. Agaknya dia mendengar kalimat terakhir itu. Amanda langsung memberi
isyarat tangan. Agar Karin bisa menahan sedikit suaranya.
“Serius loh,
aku harus nutup telpon. Aku udah telat kerja.”
“Oke, pertanyaan
terakhir. Boleh aku tahu namamu?”
“Amanda.”
“Salam
kenal Amanda. Aku Ryan.”
Percakapan
berakhir. Amanda melihat Karin menatap wajahnya. Ekspresinya penuh kecurigaan.
“Kenapa
lu?” tanya Amanda.
“Elu tidur
ama dia kemarin, tapi kenalannya baru sekarang? Temen gue mulai nakal ya.”
Cengiran
Karin dibalas Amanda dengan mengangkat bahu. “Siapa dulu dong ‘dosen’-nya.”
Kedua
lalu tertawa lebar.
“Lu musti
cerita lengkap ke gue soal tu cowok. Musti..”
“Sip. Tapi
elu sendiri tidur dimana kemarin? Nggak balik ke hotel kan semalem?”
“Tau aja deh
lu. Semalem gue dijemput sama si Om.” Karin mengerlingkan mata.
“Really? Terus dikasi apa lagi lu kali
ini?”
“Dikasi
ini..”
Karin mengeluarkan
sebuah benda dari sakunya. Benda itu ternyata sebuah ponsel pintar. Sebuah
Iphone seri terbaru, tepatnya.
Mulut Amanda
menganga melihatnya. “Oh God, my best friend is a real bitch!”
Keduanya tertawa
lebar kembali. Mereka tahu akan ada banyak cerita untuk dibagi. Namun, hari ini
baru saja akan dimulai. Schedule padat
telah menanti. Beberapa landing masih
harus dijalani. Keduanya
pun sadar untuk menahan diri. Sampai mereka tiba di
bandara terakhir nanti.
***
Dari belakang
kemudi sang Kapten menoleh. “Malam
juga Manda.”
Sang kapten
memberi isyarat supaya Co-Pilot mengambil alih kemudi.
Laki-laki paruh baya itu lalu beranjak dari tempat duduk. Namanya Baskoro. Sesama crew
biasa memanggilnya Kapten Bas. Dia berjalan mendekat. Diambil baki dari Amanda,
dan ditaruhnya ke samping. Diliriknya sang Co-Pilot, sebelum berbisik.
“Sebentar
lagi kita landing, soal semalem sudah
kamu omongin sama Melisa? Dia bilang apa?”
Pramugari cantik
itu tersenyum. “Sudah Kep. Dia bilang nggak
masalah sih, dia mau.”
“Beneran dia mau?”
Senyum lebar terkembang di wajah
sang Kapten. Dijawab lagi
oleh Amanda dengan anggukan. “Wah,
kamu memang benar-benar bisa diandalkan.”
Dipeluknya gadis
cantik itu. Kemudian sebuah ciuman mendarat dipipinya.
“Kep,
nanti Pak Eko ngeliat lo,” bisik Amanda, saat sang kapten mengincar bibirnya.
“Nggak
apa-apa, dia sudah tahu kok semuanya..”
Bibir
keduanya pun bertemu. Ciuman yang berlanjut dengan remasan di pantat. Bagi
wanita lain, perbuatan itu mungkin termasuk pelecehan. Tidak
demikian bagi Amanda. Perbuatan itu sudah biasa dia terima. Bahkan lebih dari itu pun sudah biasa. Terutama saat Amanda masih
berstatus pramugari junior. Beberapa kamar hotel jadi saksi saat kelamin mereka
beradu. Schedule sengaja diatur agar bisa
bertemu. Tidak ada penolakan, malah justru Amanda menikmatinya. Affair ini membantu kariernya. Schedule luar negeri mudah didapat. Transferan
extra tiap bulan pun terus merapat. Semua
itu mudah diterima. Cukup dengan mengangkang saat diminta.
Kini tugas
Amanda sedikit berbeda. Dia tidak perlu lagi rutin membuka paha. Sang kapten kini
memintanya menjadi perantara. Perantara pramugari junior baru dengan dirinya. Bila
ada target yang disukai Kapten Bas, maka Amanda yang ‘bernegosiasi’. Amanda
bersedia, dengan syarat tidak ada paksaan. Dulu Amanda pun dikenalkan dengan Kapten
Bas oleh seniornya. Kebetulan Melisa adalah targetnya kali ini. Kebetulan pula
Melisa menanggapi dengan santai. Maka berarti tugas Amanda akan digantikan
Melisa. Menghangatkan ranjang sang Kapten.
“Mmpphh..
mmpphh.. mmpphh..” Kapten Bas terus melumat.
Ditengah
ciuman Amanda sedikit membuka mata. Diliriknya Pak Eko, sang Co-Pilot. Rupanya dia memperhatikan
mereka berdua. Amanda pun merasa kurang nyaman. Hal itu karena Amanda merasa belum
mengenalnya. Namun kalau Kapten Bas bilang sudah bercerita, maka berarti dia bisa
dipercaya. Affair sesama crew memang rahasia bersama. Hanya saja,
tentu tetap tidak boleh dilakukan serampangan.
Sibuk
memperhatikan Pak Eko, Amanda pun baru sadar. Sedari tadi rupanya Kapten Bas
meraba kewanitaannya. Belahan rok yang tinggi memudahkan hal itu. Amanda
merasakan sentuhan pada celana dalamnya. Cukup lama tangan itu ada disana. Disaat
yang sama, tangan lainnya meremas payudara padat Amanda.
“Mau
ngapain Kep?” tanya Amanda, saat kedua tangan Kapten Bas merogoh rok
seragamnya.
“Ssttt..”
hanya itu tanggapan sang kapten.
Berikutnya,
Amanda merasa celana dalamnya mulai perlahan bergeser. Tahulah dia tujuan sang
Kapten. Mengincar penutup kewanitaannya. Kain mungil itu terus bergerak. Dari
posisi semula, menuju paha, dan terus turun melewati betis. Amanda membiarkan
saja. Tidak ada niatnya untuk mencegah.
“Hei Eko,
tangkap nih!”
Kapten
Bas melempar celana dalam Amanda. Begitu Pak Eko menoleh, dia kaget. Kain mungil
itu mendarat tepat dipangkuannya. Pipi Amanda merona. Terasa memalukan saat
benda pribadi dipakai bahan mainan. Pak Eko terlihat menyeringai kecil. Entah
apa yang kemudian terjadi pada penutup kewanitaannya itu. Amanda tidak tahu. Perhatiannya
teralihkan. Ciuman mendarat lagi dibibirnya.
“Kamu nggak
keberatan kan nemenin Pak Eko malem ini?” ujar kapten Bas, usai bibir mereka
berpisah.
Amanda merajuk.
“Uh, dapet yang baru yang lama diserahin ke orang.”
Kapten Bas
terkekeh.
“Tenang aja sayang, kamu
tetep kok yang paling
spesial. Transferan
buat belanja-belanjanya udah diterima kan?”
Tersenyumlah Amanda, dan mengangguk. Laki-laki paruh baya itu pun ikut tersenyum.
“Ko,
bawahnya doang cukup? Mau yang atasnya sekalian nggak?”
Mendengar
pertanyaan Kapten Bas, Pak Eko kembali menoleh. Dia mengacungkan jempol dan
menyahut, “Boleh deh..”
Pipi Amanda
lagi-lagi merona. Dia bisa menerka apa yang akan terjadi. Sang kapten membuka
resleting seragam atas Amanda. Menyusul lalu kaitan bra-nya. Kapten Bas tahu
benar kebiasaan pramugari favoritnya itu. Dia kerap memakai bra tanpa tali
bahu. Maka dari itu, melepasnya tidak akan sulit. Apalagi ketika si pemakai juga
ikut membantu.
“Tangkep
lagi nih Ko, mumpung masih anget.” Kapten Bas terkekeh.
Beberapa menit kemudian Amanda
keluar dari kokpit. Itupun setelah dia menerima tusukan dua jari. Kapten Bas lalu
memintanya mengulum jari-jari itu. Yang berarti dia harus menikmati cairan
vaginanya sendiri. Di pantry, Amanda
mematut dirinya di cermin. Dipastikan tampilannya kembali rapi. Dipastikan pula
tidak terlihat hal mencurigakan. Mengingat dia tidak lagi memakai daleman.
Setelahnya Amanda kembali bertugas. Melayani penumpang dengan senyuman.
***
“Aaahh..
Aaahh.. Aaahh..”
“Udah.
Tuh dia..”
Amanda
membuka pintu kamar agak lebar. Dengan demikian Pak Eko bisa melihat ke dalam.
Melihat adegan ranjang yang kian panas. Pak Eko terlihat kaget, tapi kemudian
kembali tenang. Dia pun bisa mengerti maksud Amanda tadi. Gadis itu lalu keluar
kamar, dan menutup pintu.
“Oya, aku
mau ngembaliin ini ke kamu.”
Pak Eko mengeluarkan
sesuatu dari sakunya. Disodorkannya pada Amanda. Gadis itu tersenyum kecil melihatnya.
Benda itu adalah bra dan celana dalam miliknya.
“Ih Pak
Eko, nggak usah dikembaliin kali. Terserah Pak Eko deh mau diapain. Disimpen
boleh, dibuang juga boleh. Saya masih punya banyak stok kok.”
Keduanya tertawa
bersamaan. Pak Eko mengucapkan terima kasih, dan memasukkannya lagi ke saku.
Mereka berdua lalu berjalan menuju lift.
“Manda,
nggak usah manggil aku Pak kalo diluar dinas, panggil aja Mas. Umur kita juga
nggak beda jauh kan,” ucap Pak Eko saat menunggu pintu lift terbuka.
Amanda
tersenyum lagi. “Iya deh Mas.”
Jalan-jalan
malam itu pun dimulai. Hari memang sudah larut, tapi tidak untuk ibukota. Suasana
masih ramai. Semakin malam, semakin ramai. Diawali dengan makan malam. Pak Eko
mengajak Amanda ke restoran fine dinning.
Disana keduanya mulai saling mengenal. Ternyata sang co-pilot orangnya cukup asyik. Demikian penilaian Amanda. Selesai
makan, sebuah mall jadi tujuan berikutnya. Disana mereka hanya melihat-lihat. Mengisi
waktu sebelum datang ke klub malam.
Hampir tengah
malam, saat mereka tiba di klub malam. Live
music yang hendak mereka tonton baru saja mulai. Keduanya lalu larut dalam
alunan musik. Apalagi ketika sang DJ mulai beraksi. Dentuman musik semakin
keras. Amanda dan Pak Eko terlihat kian bersemangat. Tubuh mereka terus bergerak
dengan lincah.
Puas
berkeringat, keduanya kembali ke meja. Mereka butuh minuman guna mengusir
dahaga. Minuman beralkohol sedang menjadi pilihan. Tanpa terasa beberapa gelas
telah ditengguk habis. Pengaruh alkohol mulai terasa ditubuh. Mereka pun berciuman
dalam temaram. Tangan Pak Eko tidak luput mengambil kesempatan. Diremasnya
payudara yang telah lama dia incar.
“Balik ke
hotel yuk, mas.” Nafas Amanda terdengar menderu.
Pak Eko
jelas tidak mungkin menolak. Apalagi baru saja Amanda bergelinjang
dipelukannya. Baru saja pula disentuhnya daerah sekitar paha. Dan disana terasa
basah. Keluarlah kartu kredit Pak Eko. Mereka lalu beranjak keluar klub. Baru
beberapa langkah, terdengar suara memanggil nama Amanda. Gadis cantik itu
menoleh.
“Hai,
ternyata benar kamu Amanda. Kamu masih ingat aku?”
Seorang
laki-laki berdiri didepan mereka. Dia tersenyum lebar. Amanda coba mengingat-ingat
sosok itu. Entah dimana, dia memang merasa mengenalnya. Dan dia pun berhasil
mengingat.
“R-Ryan?”
sahutnya sedikit ragu.
“Iya ini
aku. Bagus deh kamu masih ingat.” Senyumnya semakin lebar.
Keduanya berbincang.
Dikenalkannya pula Pak Eko ke Ryan. Sebenarnya Amanda senang bisa bertemu lagi
dengan laki-laki itu. Hanya saja, kini dia sudah bersama Pak Eko. Dia pun
menolak traktiran minum dari Ryan. Keduanya lalu membuat janji bertemu besok. Dan
mereka berpisah.
Dibelakang
taxi, Amanda berbicara pada Pak Eko. Dia meminta maaf karena kepulangan yang
tertunda. Dia tahu gairah yang tadi ada, kini telah mereda. Pak Eko tersenyum.
Laki-laki itu lalu berbisik di telinga Amanda. Dimaafkan asal dia dibolehkan
meraba paha, begitu katanya. Giliran Amanda tersenyum, lalu mengangguk. Masuklah
tangan Pak Eko ke dalam dress. Tangan itu lalu mulai beraksi disana. Tangan
Amanda pun melakukan yang sama. Meraba gundukan yang ada dibalik celana.
“Ssshh..”
Amanda melenguh pelan.
Gairah
yang tadi hilang, kini kembali datang. Celana dalam Amanda kembali basah. Lebih
basah dari sebelumnya. Celana Pak Eko pun kembali menggunung. Keduanya berciuman
lagi. Tidak peduli kalau sedang ada dalam taxi. Di jok belakang mereka terus
beradu bibir. Sampai terdengar suara dehem-an
dari depan. Rupanya mereka sudah sampai. Keduanya tertawa lebar. Demikian pula sopir
taxi. Dia menunjuk kearah dress Amanda yang tersingkap, lalu mengerling. Bukannya
malu, Amanda malah mengangkat ujung dressnya. Kini justru si sopir taxi yang
tersipu.
Didalam
lift, Amanda dan Pak Eko masih tertawa. Disana hanya ada mereka berdua. Keduanya
berciuman lagi. Mereka juga beradu lidah, dan saling meraba. Pakaian sudah berantakan
saat mereka masuk ke kamar. Keduanya buru-buru saling menelanjangi. Birahi
mereka sudah benar-benar tinggi.
“Aaahh..
Aaahh.. Aaahh..”
“Oohhh..
Oohhh.. Oohhh..”
Kondom
terpasang, ranjang mulai terguncang. Pak Eko begitu bernafsu menyetubuhi
Amanda. Pramugari cantik itu memang idamannya sejak lama. Amanda kerap mewarnai
mimpi-mimpi basahnya. Bahkan dari pertama kali bergabung dengan maskapai. Impiannya
kini telah tercapai. Tubuh itu ternyata jauh lebih indah dari bayangannya. Demikian
pula vagina sang gadis. Jepitan ternikmat yang pernah dirasakannya. Kesempatan
pun tidak disia-siakan. Digenjotnya Amanda dalam berbagai posisi. Berusaha dia untuk
tidak cepat berejakulasi.
Saat
Amanda mengejang, Pak Eko menahan diri. Sang gadis mencapai orgasme-nya.
Dibiarkan Amanda menenangkan diri dibawah tindihan. Tanpa menarik penis,
tentunya. Sambil menunggu Pak Eko meremas payudara Amanda. Terasa padat dan
kencang. Dihiasi pula areola dan puting mungil. Beberapa detik, barulah dia
lanjut menggoyang. Pelan kemudian semakin mengencang.
“Aaahh..
Aaahh.. AAKHHH..!!”
Pak Eko akhirnya
berejakulasi. Kepuasan dicapainya. Setelah bisa menguasai diri, dipeluknya
kembali Amanda. Dielusnya rambut panjang sang gadis. Dia tersenyum. Amanda membalasnya.
Pak Eko seakan masih tak percaya kalau semua ini nyata. Dipagutnya lagi bibir tipis
Amanda.
Sedang
berciuman, terdengar suara ponsel. Ponsel Amanda dan Pak Eko berbunyi
bersamaan. Keduanya tertawa. Keduanya lalu menggapai ponsel masing-masing. Melihat
nomor yang tertera dilayar, mereka saling pandang. Keduanya kompak turun dari
ranjang, dan berjalan menjauh.
“Tadi itu
dari istriku,” ungkap Pak Eko jujur.
Amanda
tersenyum. Dia mengerti perasaan Pak Eko. Tergambar jelas diwajahnya. Ditelpon
istri sehabis bercinta dengan wanita lain, pastilah terasa canggung. Apalagi
kini mereka masih sama-sama telanjang. Berbeda tentu bagi Amanda yang masih
berstatus single.
“Yang
nelpon saya Ryan. Mas inget cowok yang tadi ketemu kita di klub?” Amanda coba
untuk mencairkan suasana. Pak Eko mengangguk. Dia lalu melanjutkan
kata-katanya, “Dia sekarang sedang ada di lobi mas..”
“Oh, kamu
mau ketemu sama dia?”
Amanda
tidak mengiyakan pertanyaan itu. Dia sepertinya bingung harus menjawab apa. Pak
Eko berkata bisa mengerti kalau dia harus pergi. Namun, tentu itu tidaklah etis
dilakukan. Ditengah kebingungan, muncullah sebuah ide gila. Amanda sedikit ragu
mengungkapnya. Hanya saja tetap kemudian dia utarakan.
“Bagaimana
kalau Ryan saya suruh keatas. Kita bisa ngobrol bertiga disini. Mungkin juga
kalau mas mau kita bisa coba threesome.”
Amanda tersenyum. Coba dia membuatnya terdengar seperti candaan semata.
Pak Eko
mengerutkan keningnya. Seperti sedang mencerna apa yang baru didengarnya.
Mungkin bisa pula, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sesaat kemudian,
Pak Eko mengiyakan ide gila itu. Amanda kaget dibuatnya. Siapa sangka Pak Eko ternyata
terbuka soal seks. Menurut pengakuan Pak Eko, dia belum pernah melakukan threesome. Apa salahnya mencoba kalau ada
kesempatan, begitu menurutnya.
Tak lama
bel pintu bersuara. Pintu pun dibuka. Disana berdiri Ryan membelalakkan mata. Wajar
saja, karena Amanda menyambutnya tanpa busana. Sementara diranjang terbaring
seorang pria.
“You start the party without me, bebs?”
Ryan nyengir.
Amanda
tersenyum. “Shut up, and take off your
clothes.”
Dan kemudian
pintu kamar pun tertutup kembali.
***
“Elu bener-bener
gila. Salut gue.”
Amanda
nyengir, dan mengangkat bahunya.
“Kita
nggak muda selamanya kan? Kenapa nggak nyobain semuanya,” sahutnya.
Aku yang
mendengarnya jadi kian bersemangat. “Terus kalian bertiga ngapain aja tuh?”
“Biasalah.
Missionaries, doggie, woman on top,
oral, anal, and other things..”
“Elu juga
ngelakuin anal?”
“Iya,
kenapa? Oh, jangan bilang elu nggak pernah anal seks.”
Terpaksa harus
kugelengkan kepala.
“Cobain
deh. Trust me, it worth to try.”
“Terus,
terus, terus..”
Kuminta kakak
sepupuku itu meneruskan ceritanya. Penasaran aku dibuatnya. Begitu dia hendak berbicara,
terdengar sapaan dari belakang. Kami pun menoleh bersamaan.
“Hei,
Ryan. Akhirnya kamu datang juga.”
“Sorry telat, maklum traffic ibukota.”
Amanda
pun mengenalkan laki-laki itu padaku. Kulihat sosoknya melebihi ekspektasi.
Jauh lebih tampan dan gagah. Raut blesteran terlihat sekali pada penampilannya.
Kami ngobrol sebentar, sebelum aku kemudian pergi. Tidak mau kuganggu pertemuan
keduanya. Mengingat pernah ada ‘cerita’ diantara mereka. Kulangkahkan kaki
menuju counter pakaian. Disana coba kuhabiskan sisa waktu. Sampai sebuah pesan
singkat masuk ke ponselku.
“Dit, gpp kan lu pulang sendiri. Gue ada
urusan dikit ama Ryan.”
Tersenyum
aku membacanya. Kubalas singkat dengan ‘gpp’.
Kecurigaanku saat Amanda datang liburan tanpa suami, terjawablah sudah. Tidak
perlu kutanya lagi ‘urusan’ apa yang dimaksud sepupuku itu. Kami cukup dewasa
untuk sama-sama tahu. Demikian pula kalian, tentunya.
Apakah
kalian membayangkan apa yang aku bayangkan?
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar