Selasa, 24 Mei 2016

Kejutan Siang


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Mobilku akhirnya bisa terparkir rapi. Dua kali berputar baru kutemukan tempat kosong. Siang itu sengaja aku keliling memakai mobil pribadi. Usai menemui tiga nasabah, aku mampir ke kantor suami. Itulah alasanku kenapa tidak mengajak sopir kantor. Suami tidak tahu kedatanganku. Hari itu hari ulang tahun pernikahan kami. Sebagai kejutan kusiapkan makanan favoritnya. Mengantar  makanan itu sendiri pasti akan terasa spesial, pikirku.
Di pintu depan lobi aku disambut oleh satpam. Dia tersenyum padaku. “Eh Ibu Dita, tumben nih main kesini,” ucapnya ramah.
“Iya Pak, mau ngecek suami nih.”
“Aduh, pake dicekin segala sih Bu. Sudah saya jaga baik-baik kok Pak Hendra-nya biar nggak nakal di kantor.”
Tertawa kecil aku mendengarnya. Setelah basa-basi singkat, aku dipersilakan masuk. Kupastikan pada satpam agar tidak memberitahu kedatanganku. Kukatakan padanya kejutan buat suami. Dia pun menyatakan siap, sambil memberi hormat ala militer. Kembali aku tertawa.
Aku kemudian masuk ke dalam lift, menuju lantai tiga. Disana aku disambut ramah oleh Cindy, sekretaris suamiku. Parasnya cantik. Sering kugoda suamiku soal sekretarisnya itu. Suami hanya menanggapi sambil tersenyum. “Yang di rumah jauh lebih cantik kok,” itulah jawaban dia setiap kali kugoda. Membuat hatiku berbunga. Aku percaya memang tidak ada apa-apa antara mereka.
“Ibu Dita. Apa kabar Bu?” Cindy berdiri dari kursinya. Menyambutku sopan.
“Baik.” sahutku sambil tersenyum.

Selasa, 03 Mei 2016

Rengekan Adik


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Ih apaan sih dek, nggak mau ah.”
Please kak, please..”
Adikku terus memelas. Lebih mirip rengekan sih, tepatnya. Sudah hampir sejam dia mengikutiku kemana-mana. Dari dapur, kamar, sampai ke pekarangan belakang. Hanya ke kamar mandi saja dia tidak ikut, itupun menunggu didepan pintu.
“Kakak udah bilang nggak mau, ya nggak mau. Jangan maksa terus deh.”
Rengekannya masih saja terdengar. Sebenarnya malas meladeni rengekan itu. Hanya saja, aku sangat menyayangi dia. Adikku terus merengek agar kupenuhi permintaannya. Kalau permintaan itu masuk akal, pasti tidak keberatan kupenuhi. Namun, permintaan dia kali ini kunilai terlalu janggal. Dia minta agar aku mau membuka pakaian untuk temannya. Terdengar sangat janggal bukan? Wanita normal manapun pasti menolaknya. Pasti itu.
Begini cerita lengkapnya. Teman adikku itu bernama Danang. Mereka sekelas, tapi usia Danang lebih tua setahun. Aku tahu kalau dia naksir aku, kalau tidak boleh disebut nafsu sih. Jadi intinya prosentase nafsunya lebih besar ketimbang naksirnya. Menurut penelitian, usia remaja seperti dia memang lebih tertarik dengan wanita dewasa. Mungkin karena faktor lekukan tubuh yang sudah matang, berbeda dengan gadis sebaya dia. Saat itu aku duduk dibangku kuliah.
Dua bulan lagi, adikku menjalani ujian akhir nasional (UAN). Kesempatan ini dipakai Danang mewujudkan niatnya. Bocoran soal UAN dipakainya alat barter dengan adikku. Asalkan dia bisa melihat tubuh bugilku, maka bocoran soal itu menjadi milik adikku. Kukatakan pada adikku agar percaya pada diri sendiri, bukan pada bocoran. Belum tentu bocoran itu asli, bisa saja tipu-tipu. Namun, masih tetap saja dia merengek.