Jumat, 08 Juli 2016

Menemani Futsal


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Ssshh.. ssshh.. ssshh..”
“Geli Leo.. aduh.. aahh..”
Merancau dan bergelinjang aku di atas ranjang kosan Leo. Celana pendekku tidak lagi terpasang. Demikian pula celana dalamku. Di bawah sana, Leo sedang asyik dengan mainan seks baru yang dibelinya secara online. Bentuknya bulat sedikit lonjong mungil berkabel. Ketika menyala benda itu bergetar pelan dan berdengung. Leo menjadikan aku sebagai objek eksperimen, bukannya pacar sendiri. Sudah sepuluh menit lebih benda itu bergesekan dengan kelaminku.
Terpaksa kusetujui keinginan Leo itu. Liburan kali itu suamiku minta untuk ditemani Mila. Buat yang belum tahu, Mila adalah pacar Leo. Sebelumnya aku, suami dan Mila pernah ber-threesome ria. Karena hari itu Mila menemani suamiku, maka konsekuensinya aku musti ganti menemani Leo. Sebuah pertukaran pasangan yang cukup adil. Sebagai syarat tambahan, aku juga harus mau dijadikan percobaan mainan seks barunya. Maka jadilah kini aku bergelinjang di ranjang Leo.
“Enak Kak?” tanya Leo. Sekilas kudengar pula suara tawanya.
Tidak kujawab pertanyaan itu. Aku terlalu sibuk didera rangsangan pada kewanitaanku. Apalagi kemudian Leo mengeluarkan sebuah mainan seks lain. Yang diincarnya kini puting payudaraku. Diangkatnya ujung tanktop, berikut cup bra-ku. Mainan seks kedua itu digesekkan di putingku bergiliran. Semakin bergelinjanglah aku.
“Aduh Leo, ssshh.. ssshh..” Aku hanya bisa mendesah dan mendesis. Tidak kuasa aku melawan, karena dari awal tadi kedua tanganku diikat Leo. Tanganku ada di belakang, terikat oleh baju kaos miliknya. Katanya agar aku bisa lebih menikmati sensasinya.

Senin, 06 Juni 2016

Kamar Hotel


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Mobilku melaju pelan masuk parkiran basement sebuah hotel berbintang. Hari itu aku semobil dengan Andre, keponakanku. Dia datang ke kantorku untuk meng-upgrade software beberapa komputer. Kebetulan satu teknisi kantorku cuti, dan satu lagi harus bertugas ke kantor cabang lain. Daripada memanggil teknisi luar, lebih baik kuberdayakan keponakan sendiri. Bayarannya murah, cukup traktiran makan. Malah terkadang cukup sekedar ciuman. Namun, justru bayaran terakhir ini yang paling disukai Andre. Tadi pagi dia diantar teman, sehingga pulangnya nebeng mobilku. Tentu saja dia yang mengemudi. Buat apa ada tenaga muda kalau disia-siakan.
Kami memang mampir ke sebuah hotel, tapi jangan salah sangka dulu. Bukan niatku mengajak keponakanku bermesum ria disana. Seorang nasabah menelpon sejam lalu. Dia mendadak harus ke bandara, dan tidak bisa mampir ke kantorku. Berkas yang harus ditandatangani terpaksa harus kuantar sendiri. Beruntung dia menghubungi mendekati jam pulang. Sehingga setelah urusan ini, aku tidak perlu kembali lagi ke kantor.
“Kamu tunggu sebentar disini ya, tante nggak lama kok.”
Dijawab Andre dengan anggukan. Dia lalu memilih duduk di salah satu sudut lobi hotel. Kulihat dia mengeluarkan ponsel dari saku. Semoga dia nyaman ada di sana, harapku. Aku tahu Andre tipe pemalu. Apalagi kalau berada di ruang publik. Dia kurang bisa bergaul dengan orang-orang baru. Namun kalau sudah akrab, dia sebenarnya anak yang ramah.
“Ting!” Pintu lift terbuka. Aku keluar dan melangkah sepanjang koridor. Kucari nomor kamar yang tadi dikirim ke ponselku.
Saat kutemukan, kutekan tombol bergambar bel. Pintu pun terbuka. Muncullah seorang laki-laki seumuranku. Tersenyum lebar dia saat melihatku. Dia adalah Reza, sahabatku di kampus dulu. Dan kini adalah nasabah prioritas baruku.

Selasa, 24 Mei 2016

Kejutan Siang


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Mobilku akhirnya bisa terparkir rapi. Dua kali berputar baru kutemukan tempat kosong. Siang itu sengaja aku keliling memakai mobil pribadi. Usai menemui tiga nasabah, aku mampir ke kantor suami. Itulah alasanku kenapa tidak mengajak sopir kantor. Suami tidak tahu kedatanganku. Hari itu hari ulang tahun pernikahan kami. Sebagai kejutan kusiapkan makanan favoritnya. Mengantar  makanan itu sendiri pasti akan terasa spesial, pikirku.
Di pintu depan lobi aku disambut oleh satpam. Dia tersenyum padaku. “Eh Ibu Dita, tumben nih main kesini,” ucapnya ramah.
“Iya Pak, mau ngecek suami nih.”
“Aduh, pake dicekin segala sih Bu. Sudah saya jaga baik-baik kok Pak Hendra-nya biar nggak nakal di kantor.”
Tertawa kecil aku mendengarnya. Setelah basa-basi singkat, aku dipersilakan masuk. Kupastikan pada satpam agar tidak memberitahu kedatanganku. Kukatakan padanya kejutan buat suami. Dia pun menyatakan siap, sambil memberi hormat ala militer. Kembali aku tertawa.
Aku kemudian masuk ke dalam lift, menuju lantai tiga. Disana aku disambut ramah oleh Cindy, sekretaris suamiku. Parasnya cantik. Sering kugoda suamiku soal sekretarisnya itu. Suami hanya menanggapi sambil tersenyum. “Yang di rumah jauh lebih cantik kok,” itulah jawaban dia setiap kali kugoda. Membuat hatiku berbunga. Aku percaya memang tidak ada apa-apa antara mereka.
“Ibu Dita. Apa kabar Bu?” Cindy berdiri dari kursinya. Menyambutku sopan.
“Baik.” sahutku sambil tersenyum.

Selasa, 03 Mei 2016

Rengekan Adik


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Ih apaan sih dek, nggak mau ah.”
Please kak, please..”
Adikku terus memelas. Lebih mirip rengekan sih, tepatnya. Sudah hampir sejam dia mengikutiku kemana-mana. Dari dapur, kamar, sampai ke pekarangan belakang. Hanya ke kamar mandi saja dia tidak ikut, itupun menunggu didepan pintu.
“Kakak udah bilang nggak mau, ya nggak mau. Jangan maksa terus deh.”
Rengekannya masih saja terdengar. Sebenarnya malas meladeni rengekan itu. Hanya saja, aku sangat menyayangi dia. Adikku terus merengek agar kupenuhi permintaannya. Kalau permintaan itu masuk akal, pasti tidak keberatan kupenuhi. Namun, permintaan dia kali ini kunilai terlalu janggal. Dia minta agar aku mau membuka pakaian untuk temannya. Terdengar sangat janggal bukan? Wanita normal manapun pasti menolaknya. Pasti itu.
Begini cerita lengkapnya. Teman adikku itu bernama Danang. Mereka sekelas, tapi usia Danang lebih tua setahun. Aku tahu kalau dia naksir aku, kalau tidak boleh disebut nafsu sih. Jadi intinya prosentase nafsunya lebih besar ketimbang naksirnya. Menurut penelitian, usia remaja seperti dia memang lebih tertarik dengan wanita dewasa. Mungkin karena faktor lekukan tubuh yang sudah matang, berbeda dengan gadis sebaya dia. Saat itu aku duduk dibangku kuliah.
Dua bulan lagi, adikku menjalani ujian akhir nasional (UAN). Kesempatan ini dipakai Danang mewujudkan niatnya. Bocoran soal UAN dipakainya alat barter dengan adikku. Asalkan dia bisa melihat tubuh bugilku, maka bocoran soal itu menjadi milik adikku. Kukatakan pada adikku agar percaya pada diri sendiri, bukan pada bocoran. Belum tentu bocoran itu asli, bisa saja tipu-tipu. Namun, masih tetap saja dia merengek.

Rabu, 30 Maret 2016

Dalam Perjalanan


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Aahh.. Aahh.. Aahh..”
Desahan Pak Pram memenuhi ruangan. Dia memang tidak berniat menahannya. Berbeda halnya denganku. Kugigit bibir agar desahanku tidak keluar. Tapi, tetap saja beberapa kali keceplosan. Terutama saat dia menghujamkan penisnya terlalu keras. Iya, kami memang sedang bersetubuh.
Posisiku berdiri membelakangi Pak Pram. Pantatku yang sedikit menungging dipakainya sebagai tumpuan. Aku sendiri memakai meja rapat sebagai pegangan. Terasa sekali gelora semangat Pak Pram saat menyetubuhiku. Kami memang sudah lama tidak melakukannya. Sudah hampir enam bulan, sejak terakhir kami bertemu di sebuah hotel.
“Aahh.. Aahh.. Aahh..”
Pakaian kami seluruhnya masih menempel dibadan. Pakaian bawah saja yang diturunkan, guna memberi akses kelamin kami bertemu. Tiga kancing blusku terbuka. Namun, itu tidak membuat seluruh tubuh atasku terlihat. Hanya agar tangan Pak Pram bisa mudah meremas payudaraku. Remasan yang membuat bra-ku tidak lagi diposisinya.
Meeting hari itu berjalan sukses. Proposal yang kuajukan ditanda-tangani rekan kerja Pak Pram. Pembicaraan sempat berjalan alot. Draft kontrak sampai harus berkali-kali direvisi. Akhirnya negosiasi bisa ditutup, membuatku lega. Pak Pram langsung meminta ‘jatah’-nya. Kuakui peran Pak Pram sangatlah besar. Tentu tidak keberatan aku melayaninya. Namun, ajakan buka kamar hari itu terpaksa kutolak. Sore itu aku harus mengejar pesawat. Aku harus menyusul suami dan anakku keluar kota. Kami ada rencana liburan. Mumpung tanggal merah berbaris diakhir pekan.

Selasa, 01 Maret 2016

Diari Pramugari


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Serius lu?”
Kakak sepupuku tertawa kecil. Sepertinya dia geli melihat ekspresiku. Kami sedang membahas kehidupan pramugari. Kebetulan itu adalah profesinya. Lebih dari sepuluh tahun digelutinya. Dia resign saat mengandung anak kedua. Aku cukup dekat dengannya, walaupun jarang berjumpa. Maklumlah, profesinya tidak memungkinkan dia menetap lama. Usianya empat tahun lebih tua dariku. Namanya Amanda.
Tidak sengaja kubaca satu artikel. Isinya tentang pergaulan bebas pramugari. Amanda mengakui kalau itu benar adanya. Tidak semua pramugari, tentunya. Yang sangat mengagetkan, Amanda mengaku pernah juga melakukannya. Menjalani affair dengan sesama rekan penerbangan. Begitu pula dengan penumpang pilihan.
Amanda mengangguk dan tersenyum. “Serius dong.”
“Itu udah nikah atau belum sih?” tanyaku makin penasaran.
“Belum nikah dong. Gini-gini gue kan tipe cewek yang setia ama suami loh.”
Kali ini dia terkekeh. Aku tersipu.
Aku tahu Amanda sedang menyindirku. Dia tahu aku pun melakukan affair. Kuceritakan tentang Leo padanya. Itu kulakukan untuk memancing balik ceritanya. Dan sepertinya berhasil. Akhirnya dia pun terbuka padaku. Terungkap kalau ada affair yang masih dijalaninya. Sebuah affair yang diawali dari hubungan one night stand. Dan inilah ceritanya..
***
Dahi Amanda berkerut, melihat nomor yang muncul di layar ponselnya.
“Halo, jawabnya sedikit ragu.
You left me naked on bed, bebs..

Rabu, 20 Januari 2016

Sekamar Bertiga


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Kuhembuskan nafas panjang. Sudah lama aku tidak datang ke tempat ini. Kusapu pandangan ke sekeliling. Masih sama seperti terakhir kali. Terakhir kali kesini, aku sempat menginap. Teringat bagaimana malam itu begitu panas, begitu bernafsu. Aku selalu tersenyum sendiri setiap kali mengingatnya. Akhirnya kuketuk pintu bernomor sebelas itu. Pintu terbuka. Kulihat sosok yang kukenal. Dia adalah Leo.
“Hei Kak..” Dia tersenyum.
Aku membalasnya. “Hei..”
Dipersilakannya aku masuk. Didalam kembali kusapu pandanganku. Masih rapi seperti terakhir kuingat, kecuali ranjang. Sprei penutup ranjang terlihat sedikit lecek. Dapat dimaklumi, karena kutahu pacar Leo ada disini. Pastilah mereka sempat bermesraan tadi. Aku kesini memang ingin bertemu dengan Mila. Itu adalah nama pacar Leo.
“Mila nya lagi mandi tuh Kak, ditunggu aja sebentar.”
Kuanggukkan kepala. Memang terdengar suara gemercik air. Kulihat Leo memakai lagi kaosnya. Tadi saat menyambutku, dia hanya bercelana pendek.
“Duduk aja Kak, bersih kok. Kita tadi nggak ML, cuma tidur-tiduran doang sambil nonton TV.”
Leo nyengir. Kubalas dengan tawa kecil. Sepertinya Leo bisa membaca pikiranku. Kulihat tidak ada kursi. Semula aku ragu untuk duduk diranjang. Dia tahu kalau aku suka kebersihan. Kami cukup tahu kebiasaan satu sama lain, meski jarang bertemu. Leo sempat menawariku minum, namun kutolak. Dia pun lalu duduk disampingku.
“Gimana kuliah kamu?” tanyaku.
“Lumayan, semester ini IPK udah 3,5. Abis sekarang udah punya dosen private cantik.”