Jumat, 08 Desember 2017

Kumpul Keluarga


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Hari besar keagamaan selalu saja menyenangkan. Bisa berlibur, sejenak lepas dari rutinitas kerja. Ditambah bisa kumpul dengan keluarga jauh, saat silaturahmi. Untuk tahun ini, aku dan suami yang datang ke rumah orang tua. Setelah tahun lalu, mereka yang datang ke rumah kami.
Libur hari pertama kami mengunjungi orang tua suami. Kami tinggal satu kota, jadi bisa datang setelah kegiatan ibadah selesai. Berbeda dengan rumah orang tuaku. Harus pesan tiket pesawat jauh-jauh hari, agar dapat harga murah.
Tidak banyak cerita di rumah orang tua suami. Ibu mertua masih tetap awet muda dan cantik. Ayah mertua masih gagah dan tetap genit. Aku tidak heran kalau suamiku dapat gen terbaik dari mereka. Bahkan gen ‘genit’ pun menurun pula pada suami. Kalau tidak, pasti wanita-wanita lain selain aku tidak akan ada. Lebih seru cerita di rumah orang tuaku, karena kami keluarga besar.
“Cucu kakek akhirnya datang juga...” Ayahku langsung menyambut si kecil, dan mengangkat dia ke gendongan. Anakku hanya cekikikan. Dia memang sangat dimanja, maklum cucu pertama.
Ternyata sudah banyak keluarga yang datang. Selain si kecil, aku dan suami ikut disambut oleh yang lain. Dua tahun kami tidak ikut kumpul karena tuntutan pekerjaan. Wajar kedatangan kami jadi yang paling ditunggu. Beberapa sepupu wanita gantian cupika-cupiki. Begitu pula ponakan-ponakan. Gantian mereka memeluk diriku.

Jumat, 24 November 2017

Butuh Kelonan


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Sebulan sudah aku resmi putus dengan Hendra. Pacar, yang sekarang jadi suamiku. Berarti resmi pula jatah seks jadi terputus. Puasa seks, birahi hanya bisa dipuaskan dengan masturbasi. Semua berlangsung lancar-lancar saja sih, sampai tiba pelaksanaan ujian akhir semester. Tugas numpuk, ditambah banyaknya literarur yang musti dipelajari. Neraca, angka, dan hapalan, bikin kepala puyeng minta ampun. Tingkat stress lagi tinggi-tingginya. Dalam keadaan seperti itu aku benar-benar butuh seks. Butuh kelonan.
Musti nyari kontol dimana nih? Pertanyaan yang sulit dijawab. Gengsi dong kalo nelpon Hendra, kan status dia sudah ‘mantan’. Reza, teman tapi mesraku, lagi KKN (kuliah kerja nyata) ke luar kota. Makin uring-uringan deh jadinya.
“Lu boleh pake cowok gue short time deh. Ntar bayarannya ditransfer aja ke rekening gue,” goda Lisa, kawan satu kelasku, saat aku curhat di kantin kampus.
“Sialan. Lu kira gue tante-tante jablay?” Protesku.
Aku tepuk bahunya. Eh, si Lisa malah tertawa terbahak-bahak. Puas banget deh Lisa mengolok-ngolok diriku. Salah aku juga sih kenapa ceritanya ke dia. Tapi, memang cuma dia doang yang bisa aku ajak cerita. Sedikit kawan yang tahu kalau aku sudah tidak perawan. Lisa adalah salah satunya. Itu pun gegara dia mendadak buka pintu kosan, waktu aku lagi di-dogie Hendra.
Lagi pula aku sudah bosan masturbasi. Aku butuh masukan untuk dijadikan solusi. Eh, masukan apa masukin ya?

Jumat, 06 Oktober 2017

Teman Suami


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Masuk pintu Mall aku ambil ponsel. Kutekan sebuah nomor. Terdengar suara sapaan perempuan. “Lu dimana, Nes?” Tanyaku.
“Gue masih di kasir nih Dit. Lu duluan deh ke food court ya, ntar gue nyusul.”
Maka aku melangkah menuju lantai tiga. Aku lihat kedai makanan Jepang di pojokan. Di sanalah aku berjanji bersua dengan Agnes, istri dari teman suamiku. Teman suamiku itu bernama Fariz. Aku dan Agnes pertama berkenalan di sebuah klub golf. Saat klub tersebut mengadakan acara grand opening. Kebetulan kami sama-sama datang menemani suami.
Kalau suami dan Fariz adalah rekan bisnis. Fariz memiliki kantor konsultan pajak. Suami kerap mempercayakan audit keuangan perusahaan padanya. Beberapa kali mereka bekerja sama dalam proyek yang sama, terutama untuk tender-tender pemerintah. Tentu ini membuat aku dan Agnes kerap bertemu pula. Meski tidak begitu akrab.
Tujuan aku bertemu dengan Agnes, adalah untuk membahas ide suami kami. Minggu yang lalu, suamiku menyampaikan ide bertukar pasangan. Dia dengan Agnes, sementara aku dengan Fariz. Ini bukan kali pertama terjadi. Kalian bisa baca ceritaku yang berjudul ‘Nasabah Prioritas’. Aku katakan ke suami, tidak ada masalah dengan ide itu. Fariz sesuai dengan kriteria standar ‘teman tidur’-ku. Namun, bagaimana dengan Agnes? Sebagai sesama wanita, tentu aku harus mendengar pendapat dia langsung.
Ternyata Fariz sudah menyampaikan ide itu juga ke Agnes. Malah tadi siang dia mengirim pesan singkat duluan. Mengajak bertemu sepulang kantor. Maka disinilah kini aku berada.

Rabu, 04 Oktober 2017

Ladies Night


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“Buka, buka, buka…!!!”
Semua orang di ruangan berteriak-teriak. Putri hanya cengar-cengir. Kami sedang bermain truth and dare, dan Putri tadi baru saja memilih dare. Salah satu teman pria minta dia membuka tiga kancing blusnya. Tantangan atas konsekuensi pilihannya. Teman-teman pria lain ikut sumringah. Pria mana yang tidak minat melihat dada montok Putri. Dada yang mungkin selama ini hanya terbayang dalam fantasi nakal mereka saja. Kini bisa mereka lihat dengan mata kepala sendiri. Sedang kami para wanita, hanya menggeleng kepala.
Satu kancing terlepas, suasana jadi semakin heboh. Untungnya kami sedang ada di sebuah room karaoke. Peredam suara bisa menutupi keriuhan yang terjadi. Awalnya acara kumpul-kumpul ini hanya sebagai ajang reuni. Teman-teman lama semasa diklat calon pegawai.
Melihat para teman pria bersemangat, Putri malah menggoda mereka. Sengaja dia menggoyang dadanya, sebelum melepas kancing kedua. Belahan dada Putri sudah terlihat. Kini tidak hanya teman pria yang heboh, beberapa teman wanita pun ikutan heboh.
“BUKA, BUKA, BUKA…”
Kali ini Putri melempar senyuman genit. Dia memain-mainkan kancing ketiga. Teriakan, “buka, buka, buka…” semakin kencang terdengar.

Minggu, 01 Oktober 2017

Salah Kirim


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
“WOW..!!!”
Begitu isi pesan singkat suami. Ditambah emoji melotot dan ngiler. Baru saja aku kirimi dia foto. Foto diriku memakai lingerie baru yang aku beli sore tadi. Warnanya merah menyala, dengan paduan bra dan celana dalam mini senada. Penuh renda dan transparan. Menonjolkan seluruh lekukan tubuhku. Awalnya aku ingin menjadikan itu kejutan. Namun, tidak kuasa aku menahan diri untuk menggoda suamiku.
“Mama bikin papa pengen cepet² pulang.” Begitu lanjutan pesan singkat suami.
Aku tersenyum. Aku balas dengan mengirim foto lain. Kali ini aku turunkan kali mungil lingerie sebelah kanan. Belahan payudaraku jadi terekspos total. Suamiku semakin bereaksi. Kali ini dia mengaku kalau penisnya menegang hebat. Sexting (sexual texting) itu pun terus aku lanjutkan, dengan foto-foto yang makin panas.
“Aaahh...” Pelan-pelan birahiku ikut bangkit. Kewanitaanku mulai basah.
Suami akhirnya menelpon. Sexting berganti sesi jadi phone sex. Desahan suami terdengar begitu menggoda. Tidak heran, mengingat lima hari sudah aku tidur sendiri. Suami harus keluar kota untuk mengurus proyeknya.
Kusentuh seluruh tubuhku, seakan-akan tanganku adalah tangan suami. Satu persatu pakaian di tubuhku terlepas. Hingga akhirnya aku bergelinjang polos. Bergantian aku meremas payudara yang mulai mengeras. Sementara di bawah sana sudah semakin membanjir. Sudah sangat siap untuk disetubuhi. Terpaksa malam itu, hanya dijejali dengan dua jari tangan kanan. Kemudian aku pakai headset, agar tangan kiri bisa ikut difungsikan.

Jumat, 21 Juli 2017

Klien Lainnya


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Melangkah aku keluar dari kamar mandi, dengan hanya terbalut handuk. Tubuhku masih sedikit basah. Pun begitu dengan rambutku. Menyusul keluar Pak Pram dari dalam. Baru saja tadi kami mandi bareng. Mempersingkat waktu kami yang memang pendek. Kami sama-sama harus balik ke kantor. Jam istirahat makan siang tidak lama lagi berakhir.
“Bulan depan baru jadwalmu kosong ya, Dit?”
“Iya Om, habis laporan bulan ini belum selesai. Nanti aja kayaknya musti lembur.”
Aku ambil hair dryer, lalu masuk lagi ke kamar mandi. Di depan kaca, aku mulai mengeringkan rambut. Mandi bareng cowok memang sulit bikin rambut tetap kering. Habisnya tangan mereka tidak akan bisa diam. Pasti meraba sana sini.
“Maaf ya, kalau tahu kamu sibuk Om nggak bakal ngajakin ketemuan.” Pak Pram bersandar di ujung pintu. Dia tersenyum ke arahku. Aku lihat itu dari pantulan kaca.
Aku menoleh ke arah dia, dan balas tersenyum. “Nggak apa-apa kok Om.”
Melangkah Pak Pram mendekat. Berdiri lalu dia di belakangku. Kulihat cengiran nakal, sebelum dia menarik handukku lepas. Kini aku pun berdiri polos di depan kaca. Berikutnya, payudaraku mulai digerayangi oleh Pak Pram.
“Masih belum puas Om?” Godaku. Kegiatan mengeringkan rambut tetap aku teruskan.
Pak Pram nyengir. “Sekali doang mana puas...”
Maka aku biarkan saja tangan Pak Pram. Termasuk saat dia menggesek-gesek penis ke pantatku. Semoga itu cukup memberi dia kepuasan. Soalnya untuk bercinta satu kali lagi, waktunya sudah tidak cukup.

Sabtu, 24 Juni 2017

Sahabat Lama


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Lagi asyik ngetik di depan komputer, tiba-tiba terdengar suara ponsel. Itu bukan ponselku. Pasti ponsel punyanya Siska, teman kampusku. Siska sendiri masih tepar di ranjang. Kemarin dia baru pulang dugem jam tiga pagi. Bukannya pulang ke rumah, dia malah datang ke kosanku. Kata dia takut diusir ibu kosnya, kalau sampai kepergok lagi minum alkohol. Siska memang datang dalam keadaan tipsy. Melihat kondisinya, salut juga dia masih bisa menyetir mobil.
“Sis, Siska, bangun Sis, ada telpon...”
Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya. Berusaha membuatnya terbangun, namun gagal. Karena Siska tidak kunjung sadar, maka nekat saja aku angkat saja telpon itu. Daripada suaranya terus ribut, ganggu penghuni kos yang lain.
“Halo,” ucapku ragu.
“Halo? Siska?”
Terdengar suara laki-laki dari seberang telepon.
“Bukan, ini temannya. Siskanya lagi mandi.” Aku berbohong.
“Oh kalau begitu, tolong disampaikan ke Siska bimbingannya di pindah, saya lagi ada workshop, saya tidak sempat balik ke kampus,” jelas laki-laki itu, sambil menyebutkan nama sebuah hotel.
“Baik, tapi maaf dengan siapa saya bicara?”
“Saya Wiryono, dosen pembimbingnya Siska.”
Kaget aku mendengar nama itu. Dekanku jadi dosen pembimbing Siska? Habisnya aku tahu Pak Wir, demikian kami memanggilnya, jarang sekali mau membimbing mahasiswa. Hebat juga nih si Siska, pikirku. Begitu percakapan telpon selesai, kembali aku berusaha membangunkan Siska. Mana posisi tidurnya ngangkang habis lagi. Ujung dress yang dia pakai jadi tersingkap kemana-mana. Posisi yang nafsuin, begitu istilahnya cowok-cowok.

Kamis, 22 Juni 2017

Mengingat Kembali


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Sore itu aku tidak langsung pulang. Aku mampir ke sebuah hotel di pinggiran kota. Malah kini aku ada di salah satu kamar, di hotel tersebut. Terbaring di ranjang, dalam pelukan Leo. Siang tadi dia tiba-tiba menelpon. Sejak dia lulus dan pulang ke kotanya, kami sudah tidak pernah lagi bersua. Ditelpon dia mengajak ketemu. Sedang tidak ada acara, kuiyakan ajakan itu. Apalagi Leo sudah jauh-jauh datang.
Sesampainya di kamar, aku langsung disambut buket bunga dan paket coklat. Hari itu bukanlah hari Valentine. Sempat bingung, Leo mengingatkan kalau hari itu adalah hari pertama kali kami berkenalan. Cukup kaget aku mendengarnya. Tidak menyangka kalau Leo seromantis itu.
“Di hotel ini kita pertama kali bercinta Kak. Inget nggak?” Kata dia, sambil mengelus rambutku.
Ingatan lama terkuak kembali. Momen pertama kali kuserahkan diri pada Leo. Memang terjadi di hotel itu. Di kamar yang sama pula. Beberapa tahun yang lalu.
***
“Bercinta ama brondong? Nggak deh Put, makasi.”
Protes aku saat mendengar usul Putri. Waktu itu aku sedang menginap di rumahnya. Biasa aku lakukan minimal sebulan sekali. Atas seijin suami tentunya. Hal yang sama kadang dilakukan pula oleh suami bersama teman-temannya. Kami menyebutnya friendship time.

Senin, 08 Mei 2017

Little Secret


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Hari itu aku pulang lebih telat lagi dari biasanya. Sebuah ritual rutin akhir bulan. Setelah mobil terparkir di garasi, aku beranjak turun. Kulihat mobil suami sudah ada di garasi. Selesai menutup gerbang, si Mbok menghampiri aku.
“Mbok, tolong dibawain belanja di jok belakang ya.”
Si Mbok mengangguk, lalu membuka pintu belakang mobil. Kemudian aku berjalan masuk ke dalam bersamanya.
“Mama, mama, mama...”
Anakku berlarian menghampiri aku. Aku jongkok dan menyambut pelukannya. Dihujaninya aku dengan ciuman, di pipi kanan dan kiri.
“Mama lembur terus sih? Katanya janji mau bantu bikin PR,” dia cemberut.
Kudaratkan ciuman di pipi kirinya. “Maaf ya Dek, abis lemburnya mendadak sih. Besok nggak lagi kok, tadi udah selesai kerjaannya. Jangan cemberut gitu dong, ntar gantengnya ilang loh.”
Kembali anakku merajuk. Habisnya aku memang terlalu sering berjanji pada dia. Berjanji pulang tidak malam-malam lagi, namun kerap sulit kutepati. Ya namanya juga pegawai kantoran, kantor kan bukan milik sendiri. Kalau sudah begini terpaksa aku keluarkan rayuan maut. Beberapa kali cara itu berhasil mengembalikan senyumnya, termasuk malam itu. Kemudian kugiring anakku ke meja makan. Tadi sempat kujanjikan dia ayam goreng lalapan.
“Adek maem duluan ya, mama mau mandi dulu. Nanti mama bantu ngecek PR-nya deh.”

Minggu, 07 Mei 2017

Masa Sekolah


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Tadi sore aku lihat arak-arakan anak SMU. Mereka ramai-ramai merayakan kelulusan. Lengkap dengan seragam penuh coretan pastinya. Walau bikin macet, tapi geli juga melihat tingkah polah mereka. Aku pun juga begitu saat kelulusan dulu. Sudah lama banget sih.
Masa SMU memang masa yang indah. Segala hal pertama terjadi di masa itu. Keluyuran malam pertama, pacaran pertama, ciuman pertama, sampai buka-bukaan pertama. Sebatas buka pakaian luar doang sih. Belum buka daleman, apalagi buka selangkangan. Takut hamil masih jadi momok menakutkan kala itu. Masih ingat betapa lugu dan malu-malunya saat itu. Kalian mengalaminya juga kan pasti? Mungkin tahapan masanya saja yang beda. Aku di masa SMU, mungkin kalian di masa kuliah. Ada yang masa SMP? Atau SD? Kebangetan sih kalo ini.
Ciuman pertama? Kulakukan bersama kakak kelas, sekaligus pacarku. Aku memanggilnya Kak Alan. Bukan pacar pertama, tapi penisnya adalah pengalaman pertamaku. Hanya sebatas bantu ‘ngocokin’ sih, kalau memakai istilah dia. Dengan segala kekikukan, aku bisa membuat dia crot. Lumayan juga kalau diingat-ingat. Kulakukan itu dengan hanya memakai celana dalam. Iya, aku memang satu dari adik kelas, yang keluguannya dimanfaatkan kakak kelas.
Tidak bisa dibilang sepenuhnya salah dia sih. Rasa penasaranku pun ikut andil kejadian itu bisa terjadi. Disaat teman se-geng bercerita bagaimana enaknya ciuman, aku hanya bisa ngebayangin. Saat itu akses internet masih sangat terbatas. Bokep tidak bebas lalu lalang dari satu ponsel ke ponsel lain. Satu-satunya cara menjawab rasa penasaran ya dengan ‘praktek’ langsung.
“Sshhh, sshhh, sshhh...”

Sabtu, 11 Maret 2017

Saat Liburan


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Pagi itu aku terbangun di sebuah kamar hotel. Rada siang sih tepatnya, karena sinar matahari yang menerobos celah korden cukup terik. Aku terbangun sendirian, sesuatu yang jarang terjadi. Suami dan anakku agaknya sudah bangun dari tadi. Mungkin mereka sengaja membiarkan aku tidur lebih lama. Suamiku tahu kemarin aku menjalani hari yang cukup melelahkan, termasuk perjalanan udara. Apalagi kemarin sebelum tidur aku masih memberikan layanan seks untuknya. Sekujur tubuhku masih terasa sedikit pegal.
Aku dan keluarga sedang menjalani liburan. Hanya aku, suami dan anakku. Suami dan anakku sudah tiba sejak kemarin, sedangkan aku masih harus menyelesaikan urusan pekerjaan terlebih dahulu. Aku baru menyusul terbang semalam. Ini adalah sambungan kisahku yang berjudul ‘Dalam Perjalanan’. Mungkin kalian sudah membacanya.
“Rrgghh...” Kuregang tubuhku yang terasa kaku. Kemudian turun dari ranjang.
Masih memakai piyama, aku melangkah menuju balkon. Dari kamarku di lantai empat, aku bisa melihat kolam renang yang cukup besar. Beberapa orang nampak berenang disana, dewasa dan anak-anak. Ada pula yang hanya duduk-duduk berjemur di pinggir kolam. Status hotel bintang lima, membuat kebanyakan yang menginap di tempat itu adalah tamu luar negeri. Cakep-cakep, lumayan juga sih buat cuci mata. Tolong jangan bilang ke suamiku, kalau aku mengatakan itu.
“Lagi di mana nih Pa?” Kukirim pesan singkat ke suami.
Tidak lama balasan muncul. “Eh mama udah bangun. Lagi di pantai nih, susul kita kesini Ma.”
Okay.” Kuketik sebagai balasan lanjutan.

Selasa, 28 Februari 2017

Istri Sehari


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Hari itu jam kerjaku harus berakhir agak panjang. Sesuatu hal yang biasa terjadi menjelang akhir bulan. Banyak laporan dan pembukuan yang harus diselesaikan. Tentunya bekerja lembur tidak aku lakukan sendirian. Aku bersama tim manajerial lain, ditambah beberapa pegawai junior untuk membantu. Kami baru selesai menjelang pukul sembilan malam.
“Pulang sendirian Dit?”
Mendengar itu, aku yang sedang merapikan berkas menoleh. Rupanya salah satu dari manager mendekatku. Namanya Pak Darmono, salah satu manager keuangan senior yang ada di kantor.
“Iya nih Pak.” Kujawab sambil melemparkan senyuman.
“Mau ikut hang out nggak? Kita mau nongkrong di tempat biasa dulu nih.”
Pasti yang dimaksud night club tempat langganan kami. Sebulan sekali pegawai kantorku selalu menyempatkan untuk kumpul bareng. Sekedar ngobrol sambil minum-minum ringan. Karaoke juga kadang menjadi jadwal rutin. Tujuannya untuk mempererat kekerabatan. Namun, malam itu aku tidak bisa ikut. Ada kegiatan lain yang harus kulakukan.
“Maaf Pak, kayaknya saya nggak bisa ikut nih.”
Kulihat kekecewaan di wajahnya, namun dia tidak memaksa aku untuk tetap ikut. Harus kuakui kalau managerku itu tertarik padaku. Bisa kulihat dari tatapannya. Kadang dengan nada gurauan dia sering mengajakku jalan. Dua kali kusetujui ajakannya untuk makan siang. Sekedar berusaha untuk tetap sopan. Sisanya kami keluar kantor untuk urusan kerja. Itu pun tidak hanya berdua saja pastinya. Berusaha tetap menjaga prinsip tidak terlibat affair dengan rekan kerja.
Sepeninggal Pak Darmono, ponselku berbunyi. Pesan singkat dari Pak Pram. “Kamu jadi kesini Dit?” Begitulah isinya. Kubalas kalau aku baru saja selesai di kantor, dan segera menuju kesana.

Selasa, 14 Februari 2017

Sebuah Pengakuan


Namaku Dita. Ini adalah coretan isengku. Sekedar berbagi memori. Suka silakan dinikmati, tidak suka jangan diambil hati.
***
Sudah hampir sebulan Tante Dita tinggal di rumah ortu gue. Tante Dita adalah adik sepupu dari mama. Tante gue itu lagi ngikutin training dari bank tempatnya bekerja. Dia sih pengennya kos saja, tapi mama memaksa buat tinggal bareng kami. Gue jelas nggak keberatan ada Tante Dita di rumah. Siapa yang bakal nolak sebuah ‘pemandangan indah’ kayak itu. Buat gue yang waktu itu masih sekolah, Tante Dita itu sih bak bidadari.
Tidak ada yang istimewa selama adanya Tante Dita. Sampai suatu terjadi kejadian yang merubah segalanya. Merubah total cara pandang gue terhadap tante gue itu.
“Dre, panggilin Tante Dita gih, suruh turun buat sarapan.”
Gue turutin perkataan mama. Gue naik ke lantai dua menuju kamar Tante Dita. Heran juga sih waktu mama bilang kalau tante gue belum berangkat. Bukanlah kebiasaan dia bangun siang.
Berdiri di depan kamar, gue lihat ada celah di pintu. Keinginan untuk mengetuk gue urungkan. Gue intip apa yang terjadi di dalam. Seketika itu gue kaget dengan apa yang gue lihat. Gue lihat Tante Dita baru saja keluar dari kamar mandi. Terburu-buru dengan hanya terbalut handuk. Sepertinya dia nggak sadar dengan pintu kamarnya. Dia juga nggak sadar kalau gue ada disana.
Oh shit!” Seru gue dalam hati waktu balutan handuk itu terlepas.
Itu pertama kali gue ngeliat tubuh Tante Dita seutuhnya. Indah, bahkan lebih indah lagi tanpa sehelai benang. Sesuatu dalam celana gue langsung bereaksi. Lekukan tubuh Tante Dita ternyata begitu mengagumkan. Gue merasa beruntung banget bisa melihatnya langsung. Gue bisa melihat semua, benar-benar semuanya. Dada, pantat, paha, sampai bulu diantara pahanya. Mulai dari dia memakai bra dan celana dalam, sampai seragamnya lengkap terpasang. Kelelakian gue semakin dahsyat bereaksi. Merasa nggak kuat lagi, gue lari ke kamar gue. Di kamar mandi gue langsung buka celana dan beronani. Sumpah kontol gue nganceng banget waktu itu.